Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Lawan Cristiano Ronaldo dengan Cinta, Bukan Kebencian

By Theresia Simanjuntak - Sabtu, 16 Juni 2018 | 22:15 WIB
Penyerang Timnas Portugal, Cristiano Ronaldo, merayakan golnya ke gawang Spanyol dalam laga Grup B Piala Dunia 2018, Jumat (15/6/2018) di Stadion Fisht, Sochi. (NELSON ALMEIDA / AFP)

Tanpa diragukan lagi, Cristiano Ronaldo salah satu pesepak bola terbaik di muka bumi. Kehebatannya membuat CR7 diidolakan fan sekaligus dibenci suporter lawan.

Kualitas yang Cristiano Ronaldo miliki telah memberikan dampak positif buat tim-tim yang ia perkuat.

Gelar demi gelar berhasil ia menangkan baik di level klub maupun negara. Trofi Piala Eropa 2016 buat tim nasional Portugal misalnya.

Sebagai pemain yang disadari betul kekuatannya, Ronaldo selalu mendapat penjagaan ketat dari para lawan di tiap pertandingan. Tak terkecuali di ajang seakbar Piala Dunia 2018.

Portugal langsung berhadapan dengan rival berat, Spanyol, pada laga pembuka Grup B, Jumat (15/6/18).

Ronaldo, bintang terbesar sekaligus kapten Seleccao, terbebani untuk mempersembahkan hasil positif bagi negerinya.

(Baca Juga: Jadwal Lengkap Grup B Piala Dunia 2018)

Ujian bagi penyerang berusia 33 tahun itu bahkan sudah dimulai sebelum derbi Iberia itu berlangsung. Pada Jumat pagi waktu setempat, ia diserang kabar buruk.

Pemerintah Spanyol menjatuhkan hukuman penjara selama dua tahun kepada eks pemain Manchester United itu karena bersalah dalam penggelapan pajak.

Ronaldo pada akhirnya tidak akan menjalani hukuman tersebut lantaran catatan kriminal yang bersih. Dia hanya akan membayar denda sebesar 18 juta euro.

Meski begitu, manusiawi apabila seseorang terpengaruh gara-gara kabar buruk yang menimpanya. Publik pun sempat menduga Ronaldo bakal demikian.

Bahkan, muncul dugaan bahwa pemerintah Spanyol sengaja mengumumkan hukuman Ronaldo tersebut di hari sang megabintang harus bertanding kontra La Furia Roja.

Sial bagi para pendukung Spanyol dan semua yang tak suka pada diri Ronaldo. Mereka lupa bahwa kekuatan terbesar dari jebolan akademi Sporting CP itu ialah mentalitas.

Selama lebih dari satu dekade, mentalitas Ronaldo dipertebal oleh hujanan kritik, cacian, cemoohan sehingga kini menjadi setangguh baja.

Ujian mentalitas Ronaldo itu pertama kali dimulai pada awal Liga Inggris 2006-2007.

(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Timnas Jerman di Fase Grup)

Setiap kali bermain membela United, Ronaldo selalu mendapat cemoohan dari fan, termasuk dari Iblis Merah, di tiap stadion karena menganggapnya sebagai biang keladi kegagalan Inggris di Piala Dunia 2006.

Ya, Ronaldo dan Portugal menyingkirkan Inggris di babak perempat final turnamen tersebut.

Sang sayap berperan dalam kartu merah yang diterima striker The Three Lions yang juga rekan setimnya di United, Wayne Rooney.

Masih berusia 21 tahun, Ronaldo sempat tak kuat dengan tekanan tersebut yang dirasakan bahkan sebelum musim 2006-2007 bergulir.

Dia sempat memohon pada Manajer Sir Alex Ferguson untuk menjualnya.

Transfer urung terjadi lantaran Sir Alex menjaminkan Ronaldo aman di Inggris. Kemudian, Ronaldo dan Rooney juga telah mengatasi insiden itu secara pribadi.

Perlahan tapi pasti, Cristiano Ronaldo merebut kembali hati suporter lewat permainannya di lapangan.

Seiring semakin menanjaknya performa, Ronaldo terus menjadi target celaan. Namun, berulang kali pula ia menjawabnya dengan penampilan menawan.

Contoh lain yang masih segar di ingatan adalah ketika menghadapi Bayern Muenchen di perempat final Liga Champions 2006-2017.

Ironisnya, cemoohan itu datang dari suporter Real Madrid.

(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Lengkap Grup B)

Pada pertengahan April 2017 di Santiago Bernabeu, Ronaldo disoraki fan Madrid tiap kali memegang bola.

Si nomor 7 menjawabnya dengan hat-trick yang membantu El Real menang dengan skor 4-2.

"Saya tidak meminta fan untuk menamai jalan dengan nama saya. Satu-satunya yang saya minta adalah jangan mencemooh saya karena saya selalu memberikan yang terbaik. Bahkan, ketika tidak mencetak gol, saya selalu coba membantu Madrid," ujar Ronaldo kala itu.

Intinya, kebencian hanya membuat Ronaldo semakin kuat mentalitasnya dan tampil istimewa bagi timnya.

Entah apa agenda pemerintah Spanyol di balik pengumuman hukuman penjara itu di hari pertandingan kontra Tim Matador, yang pasti skenario itu gagal total.

Bukannya terganggu, Ronaldo malah bermain istimewa dan memborong semua tiga gol Portugal dalam laga seri melawan Spanyol, Selasa (15/6/18).

Salah satu golnya dicetak dengan gemilang via tendangan bebas.

Lantas, apakah mentalitas baja Ronaldo tak bisa dihancurkan? Terguncang, sangat bisa, dengan memberinya cinta.

Ronaldo mati kutu ketika pertama kali harus menghadapi United sejak meninggalkan Old Trafford pada medio 2009. Reuni itu terjadi pada babak 16 besar Liga Champions 2012-2013.

Ronaldo memang mencetak satu gol saat bermain imbang 1-1 dengan United di Bernabeu dan satu gol ketika Madrid menang 2-1 di Old Trafford.

Akan tetapi, secara keseluruhan, ia tampil di bawah performa terbaik, terutama di markas bekas klubnya.

Hal ini dikarenakan suporter United tak henti-hentinya mengelu-elukan nama Ronaldo sepanjang pertandingan.

Ronaldo mengakui dirinya kesulitan bermain bagus gara-gara dukungan tersebut.

"Malam yang sangat emosional bagi saya. Apa yang suporter United berikan pada saya luar biasa," ucap Ronaldo usai pertandingan tersebut.

Mungkin para rival Portugal di Piala Dunia 2018 bisa mencoba memakai cara United untuk mengusik mentalitas tangguh Ronaldo.

Ketimbang melancarkan kebencian yang hanya membuatnya semakin kuat, lawan bisa menunjukkan respek dan cinta pada salah satu pesepak bola hebat yang pernah ada di dunia.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P