Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Samba yang Terluka

By Willy Kumurur - Jumat, 22 Juni 2018 | 15:14 WIB
Penyerang Brasil Philippe Coutinho dan Roberto Firmino saat berlatih di Saint Petersburg Stadium, Saint Petersburg, 21 Juni 2018, dalam ajang Piala Dunia 2018. (CHRISTOPHE SIMON/AFP)

Setelah itu, Brasil melangkah ke final. Setelah itu, mereka meraih trofi juara dunia untuk keenam kali.

Betapa indah membayangkannya. Tak ada yang pernah mengira bahwa air mata akan tumpah paruh waktu normal.

Tak ada yang bisa menduga akan ada bendera yang dibakar di jalanan sebelum waktu makan malam.

Tentu saja tak ada yang pernah membayangkan bahwa fans Brasil, yang menonton di stadion terkenal, akan meninggalkan stadion jauh sebelum laga berakhir.

Tapi itulah kenyataan yang terjadi. Semifinal Piala Dunia 2014: skor akhir adalah Jerman 7, Brasil 1.

Rasanya seperti Jerman 70, Brasil 1. Usai laga, pelatih Brasil, Luiz Felipe Scolari, berkata, “Inilah hari terburuk dalam hidup saya.”

Koresponden The New York Times, Sam Broden, menuturkan drama 4 tahun silam itu dengan tajuk: “ Gol, Gol, Gol, Gol, Gol, Gol, Gol, dan hari-hari Brasil Menuju Kekelaman.”

(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskow)

Kekelaman itu terus berlanjut. Yang datang bertubi-tubi adalah resesi, demonstrasi di jalan-jalan, skandal korupsi tanpa akhir, impeachment atas presiden, Dilma Rousseff, dan pemogokan pengemudi nasional yang melemahkan tatkala para pengunjuk rasa melambaikan bendera Brasil menyerukan kudeta militer.

Koresponden The Guardian, Dom Phillips, melaporkan dari Rio de Janeiro bahwa saat ini orang-orang Brasil tak lagi merasa bangga atas negara dan tim sepak bola mereka.