Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Samba yang Terluka

By Willy Kumurur - Jumat, 22 Juni 2018 | 15:14 WIB
Penyerang Brasil Philippe Coutinho dan Roberto Firmino saat berlatih di Saint Petersburg Stadium, Saint Petersburg, 21 Juni 2018, dalam ajang Piala Dunia 2018. (CHRISTOPHE SIMON/AFP)

Beberapa orang malah mengenakan seragam Swiss ketika The Selecao melawan Swiss.

Di sebuah jalan di lingkungan kelas pekerja di Teresina, di negara bagian timur laut Piaui bahkan tampak bangunan-banguna yang telah dicat dengan warna biru dan putih dari tim Lionel Messi.

Hal itu seperti halnya Jalan Halifax yang didekorasi dengan warna hitam, merah, dan kuning milik tim Jerman.

Padahal, setiap 4 tahun sekali, berbulan-bulan sebelum dimulainya turnamen Piala Dunia, penduduk di lingkungan kelas pekerja Vila Isabel, di Jalan Jorge Rudge - Rio de Janeiro, menghabiskan malam-malam mereka melukis mural di dinding-dinding.

Juga sambil menggantung panji-panji hijau dan kuning di antara tiang-tiang lampu di sepanjang jalan.

Sebuah layar raksasa disiapkan untuk menonton pesta bola yang menayangkan setiap pertempuran yang dilakoni tim Samba.

Tahun ini, tak ada lagi kisah seperti itu. Wartawati The New York Times, Manuela Andreoni, menuturkan kisah pedih ini.

Tradisi selama empat dekade kini diabaikan. Jorge Rudge Street – Rio de Janeiro, kita tak lagi memuliakan Piala Dunia.

Kekalahan memalukan dan menyakitkan 1-7 dari Jerman telah meninggalkan luka dalam yang menganga pada jiwa anak bangsa.

Sejak saat itu, Brasil terhuyung-huyung dari satu krisis ke krisis lainnya.