Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Setelah Guntur Sadar Takdir Tuhan Itu Bukan untuk Dihujat

By Taufik Batubara - Kamis, 30 November 2017 | 11:39 WIB
Perenang para games nasional, Guntur, sudah meraih tiga medali emas pada ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia. (INASGOC)

SATU demi satu keping emas dikalungkan ke lehernya. Pria itu masih tak percaya ketika prestasi luar biasa diukirnya justru dengan kondisi fisik yang sangat terbatas.

Guntur. Itulah sosok yang mencuri perhatian di ASEAN Para Games IX/2017.

Tak tanggung-tanggung, Guntur mempersembahkan lima medali emas untuk tim renang Indonesia yang digelar di Malaysia itu.

Guntur awalnya bukanlah seorang difabel. Anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Haji Santer dan Hajah Suwarni ini lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, 12 Oktober 1983, dalam kondisi fisik sempurna.

Tak terlintas sedikit pun di benak Guntur harus menjalani hidup dengan kondisi fisik saat ini, tanpa tangan kiri secara utuh.

Kehilangan tangan kiri itu dialami anak nelayan ini tahun 2000 ketika melaut. Guntur mengalami kecelakaan kapal motor di Kalimantan Timur, tangan kirinya tergiling mesin kapal nelayan.

Di usia yang masih sangat muda, 17 tahun, mental Guntur hancur. Guntur meratapi kondisi fisiknya itu berbulan-bulan.

Guntur tak bisa menerima kenyataan hidup dan menilai Tuhan tak adil terhadapnya. Namun, berkat dorongan dari orang-orang sekelilingnya, terutama keluarga, Guntur mulai bangkit.

Guntur bangkit dengan memanfaatkan kemampuan renangnya. Guntur akhirnya tampil di Pekan Paralimpik Nasional tahun 2008.

Ternyata, kemampuan renang Guntur tak berkurang, padahal hanya mengandalkan ayunan tangan kanannya. Malah dengan satu tangan pria yang bercita-cita menjadi pengusaha ini merasa bisa berenang lebih cepat dari sebelumnya kala memiliki dua tangan.

"Saya awalnya juga tidak percaya, kok dengan tangan satu malah saya lebih cepat berenang," ungkap Guntur

"Inilah yang membuat saya termotivasi untuk terus latihan, ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kekurangan juga bisa berprestasi, kekurangan bisa menembus keberhasilan," imbuh Guntur.

Keyakinan pun mulai menguat pada diri Guntur. Kehendak Tuhan yang dulu tak bisa diterimanya kini berubah total.

Bagi Guntur, hidup dengan satu tangan adalah takdir Tuhan yang justru harus disyukuri, bukan dihujat atau diingkari.

Guntur bahkan mengajak rekannya sesama difabel atau siapa pun yang hidup dalam keterbatasan fisik untuk selalu selalu optimistis. Guntur sadar, Tuhan tidak pernah menciptakan hamba-Nya, seperti apa pun bentuk, rupa, atau kondisinya, secara sia-sia.


Atlet renang, Guntur saat tampil di ajang ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.(ISTIMEWA)

Cetak Rekor Baru

Kesadaran dan keyakinan yang sangat kuat itulah yang menjadikan Guntur bintang cemerlang di ASEAN Para Games 2017.

Guntur berhasil memecahkan rekor atas namanya sendiri di ASEAN Para Games 2017 dengan mencatatkan waktu 01:20,53 detik pada pertandingan renang 100 meter gaya dada SB8 di National Aquatic Centre, Bukit Jalil Sports City, Selasa (19/9/2017).

Rekor yang dipecahkan sendiri oleh pria berusia 34 tahun itu dibuat Guntur ketika perhelatan ASEAN Para Games 2015 di Singapura dengan catatan waktu 01:22,10 detik.

"Ini Maha Karya Tuhan. Saya mungkin tak berada di sini jika kondisi fisik saya utuh," ungkap Guntur usai meraih medali emas 100 meter gaya dada SB8 APG IX/Malaysia.

Medali emas itu ternyata merupakan yang ketiga bagi Guntur di ASEAN Para Games 2017. Sehari sebelumnya, ketika tampil di nomor 50 meter gaya dada SB8 putra, Guntur juga mampu mematahkan rekor yang diciptakan Nguyen Quang Vuong dari Myanmar tahun 2011 di Solo. Guntur mencatatkan waktu 36,78 detik, sedangkan rekor sebelumnya adalah 37,33 detik.

Ketika tampil di nomor estafet 4x100 meter gaya bebas putra, ada campur tangan Guntur saat Indonesia meraih medali emas bersama Jendi Panggabean, Musa Mandan Karuba, dan Suriansyah.

Keempat perenang difabel terbaik Indonesia itu tak hanya meraih emas dengan catatan waktu 26,05 detik, tapi juga mampu menembus rekor ASEAN Para Games yang telah terpatri sejak tahun 2011 atas nama tim Indonesia dengan catatan waktu 04:29,09 detik. Dua medali emas lainnya dipersembahkan Guntur dari nomor 4x100 meter estafet gaya ganti dan 50 meter gaya bebas Sb.

Lima medali emas dari ayunan tangguh satu tangan Guntur itu menjadikan Indonesia juara umum di cabang olahraga renang dengan 39 emas, 13 perak, dan 12 perunggu. Koleksi emas tim renang Indonesia ini jauh di atas perolehan emas runner-up Vietnam, 15 keping, apalagi tuan rumah Malaysia yang berada di posisi ketiga dengan sembilan emas.

Lumbung Emas

Tim renang Indonesia menjadi penyumbang medali emas terbanyak kedua setelah atletik, yang mengumpulkan 40 emas. Perolehan emas dari cabang renang dan atletik ini sekaligus menjadi penyokong utama kontingen Merah-Putih sebagai juara umum ASEAN Para Games 2017.

Kontingen Indonesia meraih total 251 medali dengan rincian 126 emas, 75 perak, dan 50 perunggu. Sungguh, prestasi para atlet difabel ini teramat membanggakan Nusantara.

Perolehan emas Guntur dkk ini jauh di atas tuan rumah Malaysia, yang hanya mampu mengumpulkan 90 emas dan harus puas sebagai runner-up ASEAN Para Games 2017 di negerinya sendiri.

 

 


Kuartet perenang difabel Indonesia, Guntur, Jendi Pangabean, Musa Mandan, dan Suriansyah, meraih medali emas pada nomor estafet 4x100 meter gaya ganti putra pada ASEAN Para Games 2017, di National Aquatic Centre, Bukit Jalil Sports City, Rabu (20/9/2017).(MEDIA CDM APG)

PEROLEHAN MEDALI RENANG ASEAN PARA GAMES 2017

Asian Para Games

Prestasi  para atlet difabel itu membuat Presiden Joko Widodo sangat bangga dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya. Orang nomor 1 di Tanah Air itu bahkan tak menyangka Guntur dkk bisa meraih prestasi dahsyat.

“Ini perolehan luar biasa dan melebihi target. Yang seperti ini yang kami mau dan inilah hasil dari proses pelatihan yang baik dan sport intelligence,” ujar Jokowi saat menjamu  kontingen ASEAN Para Games 2017 di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/10/2017).

Jokowi kemudian mengajak seluruh atlet difabel untuk meningkatkan prestasi itu menjelang Asian Para Games 2018 yang digelar di Indonesia. Prestasi tertinggi di ASEAN Para Games 2017 itu memberanikan Jokowi untuk membuat target.

“Sebagai tuan rumah, semoga di Asian Para Games 2018 kita mampu masuk ke peringkat lima besar," ucap Jokowi.

Harapam Jokowi itu bukanlah angan-angan yang tak berpijak pada kenyataan. Coba perhatikan dan bandingkan hasil Indonesia di ASEAN Para Games 2017 dan Asian Para Games 2014.

Pada Asian Para Games 2014 yang digelar di Incheon, Korea Selatan, kontingen atlet difabel Indonesia finis di urutan kesembilan dengan sembilan emas. Thailand finis di urutan keenam dengan 21 emas.

Namun, pada ASEAN Para Games 2017, perolehan atlet difabel Indonesia melonjak hampir dua kali lipat dari Thailand, yang meraih 68 emas. Itu artinya terjadi kemajuan siginifikan pada atlet difabel Indonesia.

Karena itulah, Guntur dan para atlet difabel lainnnya yakin bisa mengulangi prestasi terbaik di ASEAN Para Games 2017. "Saya sudah berusia 34 tahun. Untuk berkompetisi di tingkat internasional, mungkin masih bisa dua, tiga tahun lagi. Calon-calon pengganti saya sudah ada, usianya 18 tahun," ungkap Guntur.

"Saya sudah berusia 34 tahun. Untuk berkompetisi di tingkat internasional, mungkin masih bisa dua, tiga tahun lagi. Calon-calon pengganti saya sudah ada, usianya 18 tahun," kata Guntur.

 

  

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P