Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

BOLASPORT WIKI: Kemenangan Terhebat di Piala Asia, Dipimpin Pelatih Mualaf asal Brasil

By Firzie Adrian Idris - Senin, 4 Februari 2019 | 17:17 WIB
Striker Irak, Younis Mahmoud, mengangkat trofi Piala Asia 2007. (FOXSPORTSASIA)

BOLASPORT.COM - Akhir pekan kemarin, Qatar merayakan kemenangan di Piala Asia 2019 setelah mengalahkan Jepang 3-1 di partai pamungkas.

Keberhasilan Qatar impresif mengingat jumlah populasi mereka menurut sensus 2017 hanyalah 2,6 juta orang dengan 2,3 juta dari jumlah itu adalah ekspatriat.

Namun, prestasi Qatar bukanlah cerita terbaik di pesta sepak bola negara-negara Asia tersebut.

Setidaknya, menurut Tifo Football, gelar itu jatuh ke prestasi Irak di Piala Asia 2007.

Mereka mengatakan bahwa kisah Irak di turnamen yang bergulir di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam itu punya segalanya.

"Pemain yang diasingkan, negara yang baru pulih dari perang, ancaman pembunuhan, pelatih hebat, dan striker legendaris yang menyatukan suatu negara," tutur sang narator.

Baca Juga : Qatar Juara 2019, Timnas Indonesia Pernah Kalahkan Qatar di Piala Asia

Kendati memiliki tim hebat pada 1980-an ketika lolos ke Piala Dunia Meksiko 1986, sepak bola Irak terhambat oleh rezim Saddam Hussein dan dua kali Perang Teluk.

Anak Saddam, Uday, menjadi ketua federasi sepak bola Irak pada 1980 dan 1990-an serta kerap bertindak sadis.

Perlakuan Uday kepada para pemainnya termasuk memenjarakan, melempar mereka ke ruang penyiksaan, dan menyuruh timnas Irak bermain dengan bola beton setelah gagal lolos ke Piala Dunia 1994.

Perang Teluk kedua akhirnya mengusir rezim Saddam Husain dan anak-anaknya.

Sepak bola Irak mencoba bangkit dan bahkan berhasil lolos ke Olimpiade 2004. Namun, pelatih Bernd Stange mengundurkan diri setelah supir pribadinya dibunuh sebelum turnamen.

Baca Juga : Prediksi Xavi Hernandez Benar, Qatar Juara Piala Asia Kalahkan Jepang

Turnamen tersebut memunculkan beberapa talenta terang seperti gelandang serang Hawar Mulla Mohamed, Nashat Akram sang mesin di lini tengah, dan striker muda berbakat Younis Mahmoud.

Nama Mahmoud harum setelah ia membawa Irak menang 4-2 kontra Portugal yang diperkuat Cristiano Ronaldo.

Irak akhirnya menembus semifinal dan finish peringkat keempat.

Pembelajaran ini mereka bawa ke tahun-tahun berikutnya walau pertengahan 2000-an masih waktu-waktu sulit di Irak.

Secara rata-rata, sekitar 100 orang dibunuh di Baghdad tiap hari. Situasi kurang kondusif itu membuat timnas Irak berlatih dan memindahkan laga kandang ke Uni Emirat Arab.

Jelang Piala Asia 2007, persiapan tim terganggu oleh isu sektarian karena di skuat Irak ada pemain Shia, Sunni, dan Kurdi.

Gang-gang kriminal memeras dan meneror para pemain sehingga mereka kabur dari Irak.

Namun, pelatih Jorvan Vieira datang dua bulan sebelum turnamen dan menenangkan tim.

"Anak-anak ini, saya harus berkutat dengan banyak sekali masalah: sosial, politis, internal," ujar pelatih yang menjadi mualaf setelah melatih Maroko dan menikahi istrinya yang beragama Islam tersebut.

Baca Juga : VIDEO - Tembakan Salto Almoez Ali, Sang Raja Gol Piala Asia 2019

Sebelum Piala Asia 2007, pelatih yang dapat berbicara tujuh bahasa, termasuk bahasa Arab, ini kehilangan fisioterapis tim karena bom bunuh diri.

Irak memulai Piala Asia 2007 dengan pelan, bermain imbang dengan Thailand.

Namun, mereka lalu mengalahkan Australia, yang baru lolos ke Piala Dunia 2006, 3-1.

Di perempat final, Younis Mahmoud mencetak dua gol untuk membenamkan Vietnam. 

Irak lalu menang adu penalti kontra Korea Selatan pada babak semifinal, hasil yang membuat ribuan warga Irak turun ke jalan untuk merayakan.

Namun, kegembiraan berubah jadi sendu.

Sebuah bom bunuh diri meledak di Baghdad dan menewaskan 30 suporter. Sebanyak 20 orang lain kehilangan nyawa dalam serangan susulan.

Baca Juga : Hasil Final Piala Asia, Timnas Qatar Juara Usai Kalahkan Jepang 3-1

Jorvan Vieira dan Younis Mahmoud lalu bercerita tentang bagaimana tim termenung menyaksikan kekacauan itu dari ruang ganti.

Mereka pun berniat mengundurkan diri dari turnamen sebelum menyaksikan wawancara seorang ibu yang kehilangan anak kecilnya dalam serangan-serangan tadi.

Sang ibu memohon timnas Irak untuk lanjut bermain demi anaknya tersebut. Ia bersumpah tidak akan mengubur jasad sang anak sebelum mereka menjadi juara.

Mereka pun berhasil mencetak sejarah dan mewujudkan keinginan sang ibu di Stadion Gelora Bung Karno.

Irak menang kontra Arab Saudi, salah satu tim terkuat di Asia, lewat gol tunggal Younis Mahmoud.

Presiden Republik Indonesia ketika itu, Susilo Bambang Yudhoyono, menyerahkan sendiri trofi turnamen ke Younis Mahmoud diiringi lagu We Are The Champions gubahan Queen di lapangan GBK.

Aksi itu menutup salah satu kisah paling mengharukan sepanjang sejarah Piala Asia dan juga sepak bola dunia.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P