Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Setelah Juventus, Lazio adalah klub dengan paling banyak trofi delapan tahun terakhir," ujar Lotito. "Fiorentina tak menang apa-apa, Napoli di bawah kami."
"Kami punya fasilitas latihan terbaik di dunia. Kami harus memahami potensi kami sendiri, tetapi tetap rendah hati. Saya marah dengan para pemain ini, saya yakin mereka harus memberi saya hasil lebih," tutur Lotito menyinggung soal kenaikan gaji para pemain.
"Saya meminta hasil yang lebih baik. Saya memberikan mereka tim bagus layaknya Ferrari, kini kami harus mencapai target kami. Saya membayar pemain untuk menang, kalau tidak lebih baik saya memainkan tim muda."
Sayang bagi Lotito, penampilan Lazio pada babak pertama kontra Atalanta bukan seperti Ferrari, lebih mirip bus kota yang mogok. Baru pada babak kedua mereka menampilkan permainan menawan.
Hal ini sebenarnya menunjukkan masalah terbesar Lazio, konsistensi dan mental.
Musim ini mereka menunjukkan bahwa kadang mereka bisa bermain baik sekali atau tiba-tiba berubah jadi buruk sekali.
Lawan Sampdoria, Elang Ibu Kota menang 3-0. Kontra Genoa menang 4-0. Ini adalah penampilan mereka ketika sedang seperti Ferrari.
Keadaan berbeda terlihat misal saat melawan Bologna dan SPAL di Serie A atau CFR Cluj di Liga Europa.
Lawan Bologna, mereka dua kali menyamakan kedudukan sebelum gagal mengeksekusi penalti pada menit terakhir pertandingan yang seharusnya bisa jadi gol kemenangan.
Baca Juga: Serie A Ti Amo - Usaha Pekerja Kantoran Milenial Alexis Sanchez yang Makan Tuan