Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tahun 2017 lantas dilalui pemain kelahiran Pemalang, 25 Agustus 1984, dengan bertandem bersama mantan rival terberatnya, Tan Boon Heong (Malaysia).
Pencapaian Hendra dan Tan tidak bisa dibilang memuaskan. Mereka lebih sering tersisih di babak awal dengan pencapaian terbaik lolos ke final Australia Open 2017.
Hendra kemudian bereuni dengan Ahsan dalam Kejuaraan Nasional 2017 di Bangka Belitung. Hasil apik mereka catat dengan keluar sebagai juara.
PBSI kembali memanggil Hendra ke Pelatnas pada 2018. Ayah tiga anak itu bergabung dengan status magang dan kembali berpasangan dengan Ahsan.
Meski sama-sama melewati usia 30 tahun dan memiliki momongan (alasan muncul julukan Daddies), Hendra dan Ahsan terbukti masih menjadi rekan duet yang solid.
Keberhasilan Hendra dan Ahsan ke level tertinggi disambut dengan gembira oleh PBSI. Pilihan keduanya untuk memilih jalur profesional pada 2019 pun dimaklumi.
PBSI tetap memperbolehkan Hendra dan Ahsan berlatih di Pelatnas Cipayung meski keperluan pribadi dan pendaftaran mengikuti turnamen ditanggung sendiri.
"Saya tidak pernah menganggap mereka [Ahsan/Hendra] sudah di luar. Saya menganggap mereka sebagai anak-anak kami," tutur Kabid Binpres PBSI Susy Susanti.
Baca Juga: Ahsan/Hendra Masuk 10 Momen Penting Bulu Tangkis 2019 Versi Media China
Pencapaian Hendra dan Ahsan semakin menanjak. Tahun 2019 mereka tutup dengan gelar dari turnamen bergengsi: All England, Kejuaraan Dunia, dan World Tour Finals.
Masuknya Hendra dan Ahsan ke Pelatnas menjadi indikasi keduanya menjadi salah satu harapan terbesar PBSI dan Indonesia dalam turnamen akbar terdekat, Olimpiade 2020.
Status Ahsan/Hendra sebagai ganda putra ranking kedua dunia memang membuka jalan lebar bagi mereka untuk lolos ke Olimpiade 2020 mendatang.
Rekor baru sudah menanti Hendra apabila berhasil menyabet medali emas di Tokyo. Yaitu, menjadi pemain ganda putra pertama yang meraih dua emas dari Olimpiade.