Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Lothar Matthaeus sah-sah saja dianggap sebagai pesepak bola terbaik timnas Jerman setelah generasi Franz Beckenbauer dan Gerd Mueller cs. Julukannya saja mentereng: Terminator.
Satu alasan pemberian sebutan itu adalah karier Lothar Matthaeus seperti tak bisa dihancurkan, mirip para makhluk android dalam franchise film Terminator yang kondang dibintangi Arnold Schwarzenegger.
Lahir pada 21 Maret 1961, pria asal Erlangen, Bavaria, itu mencuat sejak berusia 18 tahun di Borussia Moenchengladbach, sampai pensiun di umur 39 bersama klub New York City's MetroStars.
Bentangan karier Matthaeus yang panjang menghasilkan segunduk rekor yang awet.
Ia tercatat sebagai pengoleksi caps terbanyak timnas Jerman (150 laga), pemilik penampilan terbanyak di putaran final Piala Dunia (25), serta satu-satunya pemain non-kiper yang tampil pada 5 edisi turnamen akbar tersebut.
Baca Juga: Kisah Thierry Henry di Arsenal: Prototipe Penyerang Sempurna Zaman Modern
Baca Juga: Kisah Romario di Barcelona: Ngebut Musim Pertama, Ambyar gegara Piala Dunia
Baca Juga: Kisah Diego Maradona di Barcelona: Termahal Dunia, Hepatitis, sampai Penghormatan Real Madrid
Matthaeus membukukannya tanpa putus di Piala Dunia 1982-1998.
Dalam rangkaian kiprah tersebut, dia menjadi kapten tim kala Jerman menjuarai edisi Italia 1990.
Masih kurang? Tambahkan titel Piala Eropa 1980, gelar Pemain Terbaik Dunia 1991, serta 19 trofi klub dalam riwayat hidupnya.
Sederet prestasi itu tercipta berkat talentanya yang memikat.
Matthaeus disebut spesimen langka karena memiliki skill lengkap sebagai gelandang bertahan, gelandang serang, bek, playmaker, sayap, hingga sesekali penyerang.
"Saya kecil, tapi jago dalam menyundul bola. Ya, hal yang membuat saya kuat adalah saya memiliki semuanya."
"Saya tentu bukan Diego Maradona. Saya sangat cepat. Saat saya melewati seseorang, lawan tak akan bisa mengejar lagi. Apa yang bisa Maradona lihat pada ruang sempit, saya dapat melihatnya lebih luas dari jauh," ucap Sang Terminator soal kemampuannya.
Mungkin terdengar sedikit arogan, sesuai dengan rekam jejaknya yang dikenal sangat doyan berkomentar, acapkali kontroversial.
Namun, opini Matthaeus punya dasar catatan menawan.
Baca Juga: Kisah David Beckham, Ikon Rupawan Man United yang Batal Jadi Legenda Terbesar
Alaminya sebagai gelandang, dia punya senjata tekel tajam, operan presisi, penempatan posisi yang baik, serta visi menawan dalam mendikte permainan.
Tambahkan skill dribel cemerlang, tembakan keras dan naluri gol tinggi, lengkap sudah predikat Matthaeus sebagai pemain multitalenta.
"Hanya ada satu Lothar di Jerman. Sebagai pemimpin di lapangan, dia juga mendapat respek dari lawan," kata Sang Kaisar Franz Beckenbauer memuji mantan anak asuhnya di timnas Jerman itu.
Statistik Matthaeus sulit ditandingi. Sepanjang karier, dia mencetak 23 gol dalam 150 laga timnas.
Pada level klub, ia memperkuat tiga klub top Eropa dengan markah sebagai legenda.
Ia membela Gladbach (1979-1984), Bayern Muenchen (1984-1988, 1992-2000), dan Inter Milan (1988-1992).
Baca Juga: 11 Tahun Silam, Ronaldo Nyaris Gabung dengan Messi di Barcelona
Tim lainnya ialah Herzogenaurach pada awal karier profesional (1978-1979) dan MetroStars di ujungnya (2000).
Total, Matthaeus mengemas 800 partai dengan torehan 224 gol!
Dari sisi personal, Matthaeus punya jiwa ala rockstar. Ia kerap terlibat kontroversi dan menjadi sorotan media.
Kasus populer di antaranya konflik dengan pelatih timnas, Berti Vogts, soal kecondongannya memihak Juergen Klinsmann sebagai bintang.
Konsekuensinya, Matthaeus tak dibawa ke Piala Eropa 1996, di mana Jerman pulang sebagai kampiun.
Hanya, seperti para android dalam film, Matthaeus tetap memiliki cela dalam karier yang gemerlap.
Baca Juga: Mancini Sebut 1 Pemain yang Selevel dengan Messi dan Ronaldo
Ia tak pernah mencicipi gelar Liga Champions di level klub dan tak bisa meneruskan karier emas sebagai pemain ke bangku pelatih.
Setelah gantung sepatu, Matthaeus cuma berkesempatan menukangi tim-tim semenjana, di antaranya Rapid Wien, Partizan Beograd, Atletico Paranaense, Maccabi Netanya, serta timnas Hungaria dan Bulgaria.