Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Indonesia bukan Vietnam atau Malaysia, apalagi Eropa
Sudah sejak lama, sejumlah stakeholder sepakbola nasional bertanya pada PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) soal kompetisi yang tak kunjung digelar. Banyak pelatih dan pemain merongrong agar liga bisa segera dimulai kembali dengan janji menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Beberapa dari mereka kemudian membanding-bandingkan dengan kondisi sepakbola di negara-negara lain yang bisa jalan terus meski sama-sama dihantam pandemi.
Vietnam dan Malaysia menjadi dua negara Asia Tenggara yang paling sering disebut karena sudah bisa menggelar kompetisi sejak Juli 2020. Ada pula yang membadingkan dengan sepakbola Eropa macam Jerman, Inggris, atau Prancis yang sanggup melewati badai pandemi tanpa masalah.
Saya paham, tidak adanya kompetisi di Indonesia menghantam kondisi finansial para pemain, pelatih, ofisial, hingga perangkat pertandingan yang kehidupan dapurnya ditentukan dari pendapatan di sepakbola. Mereka yang mencurahkan hidupnya di sepakbola juga pasti merasakan kekosongan jiwa saat tak bisa lagi beraktivitas layaknya pelaku sepakbola.
Baca Juga: Nasib di Piala Menpora Belum Jelas, PT LIB Tunggu Konfirmasi Persipura Pekan Depan
Hanya saja, perlu diingat, Indonesia bukanlah Vietnam atau Malaysia, apalagi Eropa. Membandingkan sepakbola di negara-negara itu seharusnya disertai dengan perbandingan cara pemerintah dalam menangani Covid-19. Perlu disadari, dan diakui, Indonesia kalah jauh dari negara-negara yang disebutkan di atas.
Dilansir dari Worldometers.info, hingga Selasa (9/3/2021), hanya ada 2.524 kasus Covid-19 di Vietnam. Dari jumlah tersebut, hanya 35 orang yang meninggal dunia sedangkan 1.930 pasien dinyatakan sembuh.
Dengan jumlah yang sedikit itu saja, Vietnam berani menstop liga ketika ada lonjakan kasus Agustus 2020 lalu. Padahal, kasus di Vietnam saat itu terbilang minor bila dibandingkan dengan Indonesia, ‘hanya’ menambah jumlah kematian dari tiga orang menjadi 10 orang.