Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
FIFA pun tahu mereka punya andil dalam situasi yang ada.
Sekjen FIFA, Fatma Samoura, dalam wawancara dengan Al-Jazeera pada 2021 mengatakan FIFA sudah mengambil beberapa langkah yang dinilai tepat menyikapi isu ini.
Namun, Samoura memastikan FIFA tetap mendukung Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
“Hal pertama yang kami lakukan adalah mendirikan badan penasihat HAM pada 2016 untuk menangani isu ini. Mereka memberikan beberapa rekomendasi kepada FIFA.”
“Sejak 2017, 85 persen masukan mereka kami terapkan untuk Piala Dunia 2018 dan juga untuk Qatar.”
“Masalah hak asasi manusia adalah problem di banyak negara. Pemerintah dan otoritas setempat serius menanggapi isu ini, terbukti dari sekitar 400 ribu pekerja yang menerima kenaikan gaji.”
“FIFA pun terus bekerja sama dengan organisasi pekerja internasional untuk memonitor situasi. Akomodasi para pekerja dicek reguler untuk memastikan mereka hidup layak.”
“Ini proses yang lama, apalagi untuk menyamai level beberapa negara lain. Namun, Qatar bisa menjadi inspirasi bagi semua negara,” ujar Samoura.
Terbaru, FIFA juga merilis kebijakan jelang Piala Dunia 2022 yang mencoba menjamin keberpihakan mereka terhadap inklusivitas pada turnamen tersebut.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Tak Cuma Jadi Penggembira, Target Amerika Serikat adalah Juara
FIFA memberlakukan sanksi keras untuk pemain, pelatih, ofisial, agen pertandingan, dan semua pemangku kepentingan yang melakukan tindakan pelecehan atau menyakiti orang lain selama turnamen.
“Saat ada anggota komunitas sepak bola di kompetisi FIFA melakukan tindak kekerasan, mereka melanggar misi FIFA dan tidak sesuai keinginan untuk mempromosikan integritas dalam olahraga serta nilai soal olahraga yang aman,” demikian isi pernyataan FIFA.