Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Saya tentu bukan Diego Maradona. Saya sangat cepat. Saat saya melewati seseorang, lawan tak akan bisa mengejar lagi."
"Apa yang bisa Maradona lihat pada ruang sempit, saya dapat melihatnya lebih luas dari jauh," ucapnya.
Mungkin terdengar sedikit arogan, sesuai dengan rekam jejaknya yang dikenal sangat doyan berkomentar, acapkali kontroversial.
Namun, opini Matthaeus punya dasar catatan menawan.
Baca Juga: Bintang Piala Dunia - Pedri, Matador Muda Tumpuan Spanyol Kembali ke Jalur Juara
Alaminya sebagai gelandang, dia punya senjata tekel tajam, operan presisi, penempatan posisi yang baik, serta visi menawan dalam mendikte permainan.
Tambahkan fitur dribel cemerlang, tembakan keras dan naluri gol tinggi, lengkap sudah predikat Matthaeus sebagai pemain multitalenta.
"Hanya ada satu Lothar di Jerman. Sebagai pemimpin di lapangan, dia juga mendapat respek dari lawan," kata Sang Kaisar Franz Beckenbauer memuji mantan anak asuhnya di timnas Jerman itu.
Statistik Matthaeus memang sulit ditandingi. Sepanjang karier, dia mencetak 23 gol dalam 150 laga timnas.
Pada level klub, ia memperkuat tiga klub top Eropa dengan markah sebagai legenda.
Ia membela Gladbach (1979-1984), Bayern Muenchen (1984-1988, 1992-2000), dan Inter Milan (1988-1992).
Tim lainnya ialah Herzogenaurach pada awal karier profesional (1978-1979) dan MetroStars di ujungnya (2000).
Total, Matthaeus mengemas 800 partai dengan torehan 224 gol.
Sebuah catatan mengagumkan untuk ukuran pemain yang sering juga bertugas di area pertahanan.