Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Kami tetap puas dengan kecepatan tertinggi yang kami peroleh. Namun sayangnya, kami tidak dapat mengerjakan seluruh rencana pengujian," ungkap Meregalli.
"Daftar suku cadang (yang harus diuji) terlalu banyak dan waktu kering trek pun terlalu singkat (karena hujan, red)."
"Sekarang kami akan menganalisis semua data secara mendetail selama beberapa minggu ke depan dan mempersiapkan diri dengan baik untuk tes terakhir di Portimao (17-19 Maret)," tandasnya.
Selain menjadi tim sebatang kara, Yamaha sejatinya juga menjadi satu-satunya tim yang masih 'ketinggalan' di grid MotoGP karena mereka masih kukuh menggunakan mesin inline 4 silinder.
Sempat ada wacana bahwa Yamaha akan beralih ke V4 yang jauh lebih ramping, tetapi Manajer Tim Yamaha, Lin Jarvis, masih belum mau berbicara banyak.
Jarvis masih optimistis mesin inline 4 silinder YZR-M1 2023 bisa diharapkan musim ini.
"Pada akhirnya ini akan selalu menjadi mesin Yamaha," kata Jarvis.
"Karena keputusan akhir soal mesin telah diputuskan di Jepang. Kami memiliki sekelompok insinyur spesialis di sana yang menangani desain, pengembangan, pengujian dan manufakturnya," jelas Jarvis.
Baca Juga: Quartararo dan Morbidelli Merana Saat Pramusim, Yamaha Masih Yakin Bakal Ngegas pada MotoGP 2023
Pria 65 tahun itu juga masih percaya diri, setelah Suzuki Ecstar hengkang, Yamaha akan menjadi tim terakhir bermesin inline silinder yang mampu tetap memuncaki MotoGP.
"Di musim 2022, dua dari tiga seri balapan terakhir dimenangkan oleh tim bermesin inline silinder," kata Jarvis.
"Yamaha berhasil menempati posisi kedua musim lalu. Sedangkan di kategori pembalap, Yamaha menempati posisi pertama dan kedua selama tiga tahun terakhir," tandasnya.