Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pembalap penguji Honda, Stefan Bradl, percaya bahwa potensi Marc Marquez sebagai pembalap top masih ada. Hanya saja, situasi di MotoGP sekarang telah merugikan Si Semut dari Cervera.
Dua musim terakhir menjadi bencana bagi seorang Marquez karena performa motornya yaitu Honda RC213V yang sedang tidak baik-baik saja.
Reputasi Marquez sebagai juara dunia delapan kali dan salah satu pembalap paling bertalenta dalam sejarah seperti menguap ketika pencapaiannya jauh dari kata mentereng.
Baca Juga: Sempat Ditolak Ducati, MotoGP Akhirnya Ganti Format Akhir Pekan demi Keselamatan Pembalap
Kecepatan impresif Marquez memang sesekali keluar. Demikian juga dengan kecerdikannya. Akan tetapi, saat berbicara hasil akhir, dia jauh dari kata ideal.
Semangat besar Marquez diuji dengan hebat saat MotoGP Jerman pada Juni lalu, seri balap di mana dia berada di titik nadir.
Di Sachsenring, sirkuit yang tak pernah gagal dimenanginya sejak 2010 dan bahkan ketika Honda sedang kesulitan, Marquez kepayahan untuk sekadar bertahan di papan tengah.
Marquez bahkan mengangkat bendera putih.
Dia mundur beberapa saat sebelum balapan karena cedera yang disebabkan lima kali kecelakaan saat dia berusaha memacu kuda besinya melewati batas performa.
"Marquez tak bisa menerima posisi 8 atau 12. Itulah dia. Dia selalu mencoba untuk mendapatkan yang terbaik," ujar Bradl, dikutip dari Speedweek.com.
Bradl merasa Marquez menjadi korban dari evolusi motor MotoGP yang bergerak ke arah yang sama seperti Formula 1 di mana tunggangan punya peran besar.
Teknologi aerodinamika hingga ride height device di motor MotoGP membuat pembalap bisa memanfaatkan bantuan lebih besar dalam berkendara.
Bukan berarti motor MotoGP menjadi lebih mudah.
Pembalap penguji KTM, Jonas Folger, dalam interviu dengan Motorsport Magazine menyebut tantangannya sekarang lebih ke bagaimana pembalap bisa beradaptasi dengan motor.
Margin lebih kecil membuat pembalap dituntut untuk benar-benar pas dengan setelan maupun dengan manuvernya.
"Saat saya berlomba dengan Yamaha M1 (2017), atau motor superbike, saya tinggal menaikinya dan menggunakan cara berkendara yang lebih natural bagi saya," terangnya.
Alhasil, keterampilan dalam mengatasi kekurangan motor dengan bakat alami seperti apa yang dimiliki Marquez menjadi kurang berdampak.
Sulit bagi Marquez untuk mengandalkan kemampuannya lagi ketika motor Honda pada dasarnya kalah bersaing dengan kompetitor lain.
Sebab, ketika dia berusaha memacu motornya melewati batas, risikonya adalah motornya sendiri yang memberontak.
"Dia selalu tampil hingga batas performa dan melampauinya," kata Bradl tentang Marquez.
"Banyaknya insiden yang dialami pembalap Honda sebenarnya cukup untuk mengonfirmasi bahwa motornya belum siap untuk posisi-posisi terbaik."
Marquez sudah tahu apa yang harus dilakukannya jika ingin menjadi juara lagi. Itulah kenapa rumor tentang potensi kepindahannya ke pabrikan lain memanas akhir-akhir ini.
"Perubahan teknis di MotoGP makin bergerak ke arah Formula 1," terang Bradl.
"Di Formula 1, kita paham bahwa kita tidak mungkin menang dengan mobil tim Haas. Kita harus berada di atas Red Bull, itulah mobil terbaik di sana."
Baca Juga: Marc Marquez Tertinggi Lagi di Statisik Kecelakaan MotoGP, tapi Ada yang Tidak Beres Kali Ini
"Bahkan dengan Mercedes atau Ferrari, tidak ada pembalap yang bisa menang sekarang."
"Di MotoGP, seseorang juga tidak punya peluang menang sebagai pembalap Honda akhir-akhir ini, walau di sini perbedaannya tidak terlalu mencolok, marginnya lebih rapat."
Jika dicari padanannya, Red Bull-nya MotoGP sekarang adalah Ducati yang mampu mendominasi kejuaraan saat ini.
Hampir semua pembalap Ducati bisa tampil dengan cepat, tak peduli apakah motor yang mereka pakai baru atau lama.
Mengesampingkan Enea Bastianini yang sempat dilanda cedera panjang, 6 dari 7 pembalap motor Ducati pada MotoGP 2023 telah mencatat posisi tiga besar dalam balapan.
Adapun podium Marquez musim ini cuma dari sprint (dan cuma sekali).
Saat balapan pembalap berusia 30 tahun ini tak pernah finis walau seharusnya bisa finis kedua saat GP Prancis kalau tidak terjatuh pada lap terakhir.
Bradl percaya Marquez bisa berbuat lebih dengan motor Ducati.
Keyakinannya semata-mata karena level Marquez yang lebih tinggi sebagai pembalap dibanding rider Ducati seperti Luca Marini (1 podium), Marco Bezzecchi (4 podium dengan 2 kemenangan), hingga adik Marc Marquez sendiri yaitu Alex (1 podium).
"Jika kita memiliki motor yang tepat, itu lebih mudah," tambah Bradl.
"Saya bukannya berkata bahwa Marc tidak terkalahkan jika bersama Ducati. Akan tetapi, saya pikir dia akan menjadi tolok ukurnya," tandas juara Moto2 satu kali itu.