Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Persaingan Ganda Putra Indonesia Rebut Poin Olimpiade Adil, Siapa Menurun Dia yang Tersingkir

By Delia Mustikasari - Jumat, 11 Agustus 2023 | 06:15 WIB
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto bersalaman dengan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan usai menangi duel derbi ganda putra Indonesia pada perempat final Japan Open 2023 di Yoyogi 1st Gymnasium, Tokyo, Jepang, Jumat (28/7/2023) (PBSI)

BOLASPORT.COM - Persaingan ganda putra Indonesia dalam perebutan poin race to Olympic Paris 2024 cukup ketat karena ada lima pasang yang masuk di papan atas.

Mereka adalah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.

Namun, setelah race to Olympic Paris mulai diberlakukan sejak Mei baru Fajar/Rian yang masuk dalam daftar delapan besar dunia.

Pada sektor ganda, suatu negara bisa mengirim maksimal dua wakil jika menembus ranking delapan besar dunia.

Dalam tiga turnamen terakhir yakni Korea Open 2023, Japan Open, dan Australian Open juga Fajar/Rian menjadi ganda putra Indonesia yang mencatat hasil lebih baik.

Fajar/Rian menjadi runner-up pada Korea Open, lalu menjadi semifinalis Japan Open, dan mencapai perempat final Australian Open 2023.

Sementara itu, wakil-wakil lainnya tersingkir pada babak awal.

"Tim ganda putra di tiga turnamen terakhir memang ada penurunan, Khususnya Fajar/Rian waktu di Malaysia, Singapura kurang maksimal."

"Sekarang ada peningkatan cuma belum maksimal," kata asisten pelatih ganda putra nasional Indonesia, Aryono Miranat, ditemui BolaSport.com di pelatnas Cipayung, Jakarta. 

"Kelemahan ini harus diperbaiki sebelum kejuaraan dunia. Jadi, kami sudah tahu. Akurasinya harus dibenahi, permainan depan harus ditingkatkan lagi dan defence."

"Terutama itu untuk fighting spirit-nya. Rasa tidak mau kalahnya harus ada. Kemarin ada, tetapi kurang," aku Aryono.

Wakil-wakil ganda putra muda saat ini sudah masuk jajaran 20 besar dunia sehingga mereka sudah disorot oleh negara lain.

"Dulu ganda putra muda, peringkatnya masih 60 besar dunia. Sekarang ini mereka sudah ada di 10 besar dan 20 besar dunia. Otomatis mulai ada pressure-nya," ucap Aryono.

Baca Juga: 'Ganda Campuran Indonesia Ditinggal Richard Mainaky dan Nova Widianto Dalam Keadaan Tidak Baik-baik Saja'

"Dulu mereka tidak ada pressure karena lawannya di atas. Sekarang rankingnya sudah lumayan naik dan mereka sudah tahu lawan-lawan mereka ini. Pola permainannya sudah tahu."

"Fighting spirit-nya harus dilebihkan lagi. Porsi latihan ditingkatkan lagi karena sekarang mereka sudah menyusul sehingga otomatis ada tekanan. Yang ada sekarang mereka jadi lebih tertekan," tutur Aryono. 

"Kalau posisi menyusul tidak ada beban, lebih enak bermainnya. Sekarang ada rasa beban. Di bawah Fajar/Rian, Leo/Daniel sudah pernah juara. Cuma ada penurunan karena dulu digadang-gadang bakal bagus."

Namun menurut Aryono dari segi permainnan, Pramudya/Yeremia lebih terlihat.

"Lebih ada permainannya, tetapi itu tadi karena faktor cedera. Pramudya/Yeremia peringkatnya paling bawah karena Yeremia sempat cedera yang lumayan lama enam bulan. Untuk memulai juga tidak gampang," tutur Aryono.

"Di ganda putra itu sebenarnya ada lima pasang. Semua punya kesempatan yang sama. Dari tiga pertandingan, mereka mendapat kesempatan yang sama."

"Nanti di akhir tahun atau menjelang mendekati Olimpiade sudah ketahuan siapa yang bisa masuk atau tidak (ke Olimpiade). Nanti siapa yang bisa masuk, dua atau tiga pasang itu yang akan didorong." 

Karena itu, pelatih memberi kesempatan merata mengikuti turnamen yang sama.

"Sekarang peluangnya masih terbuka. Nanti di satu titik, oh ini tidak mungkin lagi. Jadi, kami kasih kesempatan dua pasang yang bisa masuk, itu yang diproyeksikan. Sekarang masih sama, Jadi, adil. Kalau Fajar/Rian menurun yang lain bisa saja kesempatannya sama," ucap Aryono.

Meski berpeluang besar lolos Olimpiade, Fajar/Rian tidak mau jemawa.

"Aduh, kalau bisa jangan satu (pasang) ya, biar ada teman juga dari segi latihan dan pressure. Jadi, tidak hanya harus tertuju kepada kami berdua," aku Fajar.

"Tetapi tidak ada yang tahu gitu. Ini baru tandem baru setengah jalan, tetapi yang jelas kami mau fokus tidak hanya memikirkan race to Olympic."

"Namun, bagaimana kami menjaga performance dalam arti ada kejuaraan besar pada Kejuaraan Dunia, Asian Games. Perencanaan turnaman kami sudah ada, tetapi tergantung hasilnya. Misalnya, di turnamen ini kami masih kurang pasti harus ada gantinya."

Dengan turnamen yang padat dalam pengumpulan poin kualifikasi Olimpiade, Fajar mengaku kelelahan

"BWF membuat kalender turnamen ini sangat padat. Makanya setelah Australia ada waktu 10 hari ke kejuaraan dunia."

"Biasanya menuju Kejuaraan Dunia jedanya sebulan ya, tetapi mau bagaimana lagi. Kami jalani saja," ucap Fajar.

Perebutan poin Olimpiade akan dilanjutkan pada Kejuaraan Dunia 2023 di Kopenhagen, Denmark, 21-27 Agustus.

Kejuaraan Dunia 2023 masuk dalam grade 1 yang menawarkan banyak poin dalam race to Olympic.

Baca Juga: Cerita Komang Ayu tentang Debut Turnamen Super 500 yang Tertunda 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P