Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Lalu di paruh kedua musim agak membaik, saya berusaha memberikan 100 persen. Tapi sebagai seorang pembalap, sangat sulit bagi saya di paruh pertama," keluhnya.
Kecepatan tertinggi (top speed) masih jadi masalah klasik buat Yamaha.
Power yang kurang berimbas pada evolusi sasis. Sebab pada bagian ini, Yamaha seolah belum bisa menyeimbangkannya.
"Top speed penting karena jika Anda tidak memiliki power, maka Anda tidak dapat menggunakan Aero yang lebih besar," jelas Quartararo.
"Ini adalah seusatu yang sangat penting, jadi ini adalah yang harus kita dapatkan kembali. Dulu di versi 2019 M1 sangat gila dan banyak membantu saya," tukasnya.
Permasalahan yang tak kunjung menemui solusi di Yamaha bisa berimbas pada masa depan Quartararo. Jika sudah hilang rasa percaya, besar kemungkinan tim berlogo sayap tunggal itu terancam ditinggal sang pembalap andalan.
Kesulitan bersaing di tengah gempuran Ducati yang meroket, sangat memungkinkan Quartararo hengkang apalagi kontraknya akan habis pada 2024.
Jika Yamaha sampai kehilangan Quartararo, tentu itu adalah kerugian yang besar.
"Tentu saja, sebagai seorang pebalap, saya ingin kembali bersama Yamaha, untuk kembali meraih kemenangan. Kita telah berada di puncak, di titik terendah, dan saya ingin kembali ke puncak," kata Quartararo.
"Namun masalahnya adalah kita mempunyai waktu yang sangat, sangat singkat untuk melakukannya, terutama bagi saya sendiri untuk yakin bahwa ini adalah proyek yang unggul."
"Tentu, jika saya merasa tidak memiliki proyek unggulan dan harus pergi, tentu saja saya harus mengambil langkah itu. Tapi saya melihat Yamaha berusaha keras dan saya ingin sekali kembali ke puncak klasemen bersama mereka," ujar Quartararo.
Baca Juga: Makin Keras Kode Terbentuknya Tim Pertamina Enduro VR46 Yamaha di MotoGP 2025