Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Final Indonesia Masters 2024 Super 100 menampilkan pertarungan antara dua tunggal putra muda Indonesia. Kejutan pun tercipta.
Sektor tunggal putra Indonesia Masters 2024 Super 100 dimenangi oleh Moh Zaki Ubaidillah.
Di final pemain yang akrab disapa Ubed itu mengalahkan rekan senegara yaitu Alwi Farhan dalam pertandingan di GOR Remaja Pekanbaru, Riau, Minggu (1/9/2024).
Ubed, yang baru berusia 17 tahun, mengalahkan Alwi (19 tahun) yang lebih diunggulkan karena prestasi sebagai Juara Dunia Junior.
Penampilan sabar Ubed berbuah kemenangan dengan skor 21-16, 21-14. Ini menjadi prestasi juara pertama bagi pemain besutan PB Djarum itu di level BWF Tour Super 100.
Ubed masih berada di luar ekosistem Pelatnas meski telah memenangi berbagai ajang Sirkuit Nasional dan Kejuaraan Nasional 2023 untuk kategori tunggal putra muda.
Pemain asal Madura itu masih berada di bawah naungan klubnya PB Djarum meski telah dipanggil untuk memperkuat Indonesia di Kejuaraan Asia Junior pada 2023 dan 2024.
Imam Tohari menjadi pelatih Ubed di PB Djarum.
Sebagai informasi, Imam dulu melatih mantan tunggal putra nomor satu dunia, Kento Momota, ketika masih duduk di bangku kelas 2 di SMP Tomioka.
Mimpi Momota untuk menjadi Juara Dunia Junior berhasil diwujudkan di bawah bimbingan Imam pada 2012.
Imam juga pernah menangani tim tunggal putra di Pelatnas pada 2013 hingga 2015 di mana Jonatan dan Ginting merasakan tangan dinginnya.
Momen haru di belakang arena antara Imam dan Ubed lantas dibagikan akun media sosial PB Djarum. "Kamu bisa!" ucap Imam, memberi motivasi.
Terharu banget melihat perjuangan Ubed didampingi Coach Imam Tohari, sampai berhasil menjadi juara di #IndonesiaMastersI2024. Semoga ini jadi awal yang baik buat perjalanan Ubed ke depannya yah, Sobat!
Sukses selalu buat Ubed, dan jangan bosan untuk terus berproses, yah! … pic.twitter.com/ai6C7HPJcj
— PB Djarum (@PBDjarum) September 1, 2024
Ubed tidak dipanggil untuk bergabung ke Pelatnas PBSI 2024. Dalam Seleksi Nasional yang menjadi pintu masuk ke Cipayung, dia gagal menjadi pemenang.
Saat berbicara kepada BolaSport.com dan awak media lainnya setelah final Superliga Junior 2023, Imam menyebut teknik Ubed berada di atas Momota di usia yang sama.
Hanya saja, Imam mengingatkan fakor kegigihan dan semangat tak mau kalah milik Momota yang disebutnya sebagai karakter pemain Jepang.
Keberhasilan Ubed menambah daftar prestasi para pemain muda di tunggal putra.
Pekan lalu, Yohanes Saut Marcellyno (21 tahun) menjuarai Indonesia International Challenge 2024 yang dihelat di tempat yang sama.
Saut telah mengoleksi gelar level Super 100 dari Guwahati Masters 2023 pada Desember silam dengan mengalahkan kompatriotnya, Alvi Wijaya Chairullah (22 tahun), di final.
Sementara Alwi memenangi medali emas Kejuaraan Dunia Junior 2023. Dia menjadi tunggal putra pertama Indonesia yang melakukannya.
Rentetan prestasi ini memberi angin segar bagi sektor tunggal putra Indonesia yang masih sangat bergantung terhadap Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.
Ginting dan Jonatan menjadi tulang punggung Indonesia dalam dua siklus Olimpiade yaitu Tokyo 2020, di mana Ginting meraih emas, dan Paris 2024.
Hasil minor di mana Ginting dan Jojo tersingkir di babak penyisihan grup pada Olimpiade Paris 2024 menjadi alarm bahwa suksesor harus terus dicari.
Jonatan memasuki babak baru sebagai seorang ayah setelah kelahiran putra pertamanya bersama Shania Junianatha pada 24 Agustus 2024.
Jonatan harus melewatkan Japan Open 2024 karenanya. Adapun Ginting hanya tampil sebentar karena mengalami cedera di babak pertama.
Sejauh ini, belum ada calon penerus yang benar-benar muncul ke permukaan.
Chico Aura Dwi Wardoyo (26 tahun) sempat menjanjikan dengan trofi Malaysia Masters (2022) dan Taipei Open (2022, 2023) serta hasil runner-up di Indonesia Masters 2023.
Namun, prestasi tunggal putra ketiga Indonesia itu justru menurun karena rentetan hasil kalah dini hingga terlempar dari peringkat 30 besar dunia.
Tahun lalu Indonesia sebenarnya mendapat harapan baru melalui Christian Adinata (23 tahun) yang menjuarai SEA Games dan lolos ke semifinal Malaysia Masters Super 500.
Sayangnya, cedera lutut yang diderita Adinata di semifinal Malaysia Masters terlambat ditangani oleh PBSI karena sempat diputuskan untuk tidak dioperasi.
Tak kunjung pulih, lutut Adinata baru dioperasi pada 13 Juli lalu untuk membersihkan serpihan tulang kecil di lututnya. Padahal, cederanya dialami 14 bulan sebelumnya.
Sementara nasib tragis dialami rekan seangkatan Adinata yaitu Syabda Perkasa Belawa karena meninggal dunia di usia muda pada Maret 2023.
Padahal mendiang Syabda sudah dipercaya untuk tampil di Thomas Cup pada 2022 dan disiapkan untuk mewakili Indonesia di SEA Games 2023.
PBSI diharapkan tidak salah asuh dalam menyiapkan regenerasi di tunggal putra.
Salah satu kebijakan PBSI yang banyak dikritik adalah pembatasan partisipasi pemain jika tidak memenuhi batas peringkat untuk level turnamennya.
Hal ini menyebabkan para pemain jarang mendapat kesempatan tampil di turnamen level World Tour Super 300 ke atas, utamanya mereka yang ada di luar ekosistem Pelatnas.
Padahal, penambahan jumlah event wajib bagi pemain top di level Super 1000 dan Super 750 membuat turnamen level Super 500 ke bawah makin terbuka untuk pemain-pemain yang peringkatnya rendah.
Sementara Ubed, fokus terdekatnya kini adalah Kejuaraan Dunia Junior 2024 yang akan digelar di Nanchang, China, pada 30 September hingga 13 Oktober mendatang.
Jelang tampil perdana di Kejuaraan Dunia Junior 2023, Ubed berharap bisa membawa tren positif dari pekan ini.
"Semoga gelar juara ini bisa membuat saya meraih prestasi yang lebih baik lagi. Utamanya nanti pada ajang BWF World Junior Championships 2024," harapnya.