Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pembalap Monster Enegy Yamaha, Fabio Quartararo, menyesalkan manuver Brad Binder yang membuatnya melebar di lap pertama pada sprint MotoGP Thailand 2024.
Modal bagus start dari baris kedua, tepatnya keenam, seharusnya menjadi bekal mumpuni bagi Fabio Quartararo untuk melanjutkan kebangkitannya bersama Yamaha.
Namun, pemandangan tak terduga justru tersaji pada lomba setengah durasi grand prix di Sirkuit Buriram, Thailand, pada Sabtu (26/10/2024) kemarin.
Quartararo mendadak melorot tajam saat balapan baru memasuki lap pertama.
Mulai masuk ke sektor 2 sirkuit dengan 12 tikungan tersebut, posisi Juara Dunia MotoGP 2021 tersebut terpantau melorot.
Bahkan Quartararo keluar dari 10 besar hingga sempat tertahan di posisi ke-15.
Susah payah El Diablo mengembalikan posisinya.
Dia habis-habisan berjuang untuk kembali ke depan.
Apa daya, dengan kondisi Yamaha YZR-M1 yang belum 'sembuh' dan karakteristik Sirkuit Buriram yang berat, membuat dia kesulitan melakukan manuver ke pembalap lain.
Hasil akhirnya, Quartararo finis ke-10. Dia tertinggal 14 detik lebih lambat dari Enea Bastianini (Ducati Lenovo) selaku pemenang sprint.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada pembalap asal Prancis itu?
Usut punya usut, rupanya Quartararo sempat terganggu dengan manuver agresif dari pembalap Red Bull KTM, Brad Binder, yang luput dari sorotan kamera.
"Hari ini (Sabtu, red) sebenarnya berjalan dengan cukup baik, kecuali lap pertama," kata Quartararo dikutip Bolasport dari Paddock-GP.
"Brad menyalip saya dengan sedikit terlalu agresif, membuat saya kehilangan banyak posisi," ucap pembalap 25 tahun itu.
"Padahal di kualifikasi Q1 sudah bagus, Q2 bagus, ritme di Sprint juga bagus."
"Tetapi seperti tadi saya bilang, di lap pertama, saya melebar dan kehilangan banyak posisi entah lima atau lebih," tukasnya.
Meski begitu ada sedikit hikmah yang diambil Quartararo dari ujian pertama di sprint MotoGP Thailand.
Akibat merosot tajam, dia memang harus kerja keras menyalip siapapun yang berpotensi bisa disalip.
Tetapi peluang itu besar terjadi hanya ketika pada rival yang mungkin sama-sama sedang kesulitan atau dari motor pabrikan lain selain Ducati.
Karena terbukti ketika menemui duo Pertamina Enduro VR46, Fabio Di Giannantonio atau Marco Bezzecchi, di depannya, Quartararo kesulitan.
Padahal Di Giannantonio dan Bezzecchi menunggangi motor musim lalu meski Ducati.
Ducati menunjukkan dominasi gila-gilaan dengan delapan pembalap motor mereka mampu menyegel delapan posisi terdepan.
Kendati begitu, merangseknya Quartararo dari posisi ke-15 menuju 10 besar menunjukkan ada potensi yang masih ada dalam dirinya.
"Saya menggunakan ban depan dengan sepenuhnya dalam pengereman, dan saya pikir di situlah saya benar-benar berusaha membuat perbedaan," ujar Quartararo.
"Akan tetapi kami hanya benar-benar mengerem dengan ban depan, karena ban belakang tidak memiliki daya cengkeraman," tandasnya.