Saat itu Spalletti memilih pola 4-2-3-1. Yang unik, ujung tombak ditempati Francesco Totti.
Sang kapten berposisi gelandang serang pada musim sebelumnya dan masih membawa peran yang memang ia sukai pada tugas barunya.
Dengan kata lain, Roma tak memiliki striker murni dalam tim Spalletti. Alhasil, Totti disebut memainkan peran 9 palsu (false 9) dan pola Roma sejatinya 4-6-0. Di Zenit, Spalletti menerapkan pola 4-2-3-1.
Tak seperti di Giallorossi, pelatih berkepala plontos itu mengandalkan penyerang murni sebagai ujung tombak, antara Alexander Kerzhakov atau Danko Lazovic, sebagai pengisinya.
Hasilnya adalah dua gelar Liga Premier Rusia dan sebuah Piala Rusia. Sekembalinya ke Roma, Spalletti cukup tahu tak bisa lagi meminta Totti, yang menua, kembali menjadi false 9.
Vincenzo Montella would love a career like Luciano Spalletti, but "with my own hair" https://t.co/pu7oHEmJup #InterMilan #ACMilan #FCIM pic.twitter.com/jkXwuIwSTQ
— footballitalia (@footballitalia) October 14, 2017
Sang pelatih memainkan beberapa formasi di Tim Serigala, antara 4-2-3-1, 4-3-3, atau 3-4-1-2, lagi-lagi sesuai ketersediaan sumber daya manusia alias pemain.
Sejauh ini, Montella masih terpaku kepada keharusan memanfaatkan pemain-pemain terbaik di setiap posisi.
Si Pesawat Terbang Kecil belum menampilkan keberanian ekstra untuk meminta pemain tampil di posisi yang bukan tempat aslinya.
Hanya, soal pemahaman taktis, Montella cukup fasih menggunakan pengalamannya saat bermain dan dilatih sosok seperti Spalletti.
Pelatih asal Pomigliano d’Arco itu lumayan berani memainkan formasi berbeda sesuai kebutuhan atau stok pemain, yang boleh jadi ia pelajari dari Spalletti.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar