(Baca juga: 4 Negara Tersuci di Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Eropa!)
Sikap susah diatur itu membuat Belanda lacur atau sial. Dengan status juara Eropa, Belanda gagal total di Piala Dunia 1990. Mereka tersisih di perdelapan final karena kalah dari Jerman (Barat).
"Tentu berat bekerja dalam linkungan yang tak kondusif," beber Beenhakker, 20 tahun selepas Jerman Barat 1990.
Pernyataan Gullit dan Beenhakker ini menunjukkan bagaimana prinsip egaliter begitu mengakar di Belanda. Sampai-sampai, terbawa ke tim nasional dan posisi pelatih pun tidak mendapatkan respek.
Situasi serupa dihadapi Belanda sepeninggal Louis van Gaal. Setelah Guus Hiddink gagal menjadi suksesor sepadan Van Gaal, Danny Blind yang menggantikannya pun gagal mengangkat performa De Oranje.
(Baca juga: Grup Band Ternama Dunia Harus Mengalah pada Lionel Messi Cs)
Belanda kalah dua kali beruntun dari Islandia dan Turki di bawah Blind. Hal ini membuat De Oranje absen di Piala Eropa untuk pertama kalinya sejak 1984.
Bisa jadi, soal mentalitas dan prinsip egaliter di masyarakat Belanda menjadi penyebab kemandekan prestasi De Oranje saat ini. Hiddink dan Blind bukanlah pelatih sekarismatis dan sekeras Van Gaal.
Dengan keberadaan pemain senior dan berstatus bintang, butuh sosok yang lebih "besar" untuk mengatur dan membuat "konsensus" di tim agar menciptakan kesolidan.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar