Bukan Evan Dimas, Septian David Maulana, Stefano Lilipaly, atau Irfan Bachdim. Adalah Bayu Pradana Andriatmo (26 tahun) yang merupakan pusat operan timnas Indonesia di era Luis Milla.
Sejak diberi kesempatan menjalani debut oleh pelatih Alfred Riedl di laga kontra Malaysia pada 6 September 2016, Bayu Pradana memberi warna baru di lini tengah Tim Merah Putih.
Tak lagi terlihat gelandang bertahan yang melulu mengandalkan kegarangan merebut bola dari lawan hanya untuk mengopernya lagi ke rekan setim yang ditugasi sebagai gelandang serang.
Gelandang perusak, demikian titel yang dulu diberikan kepada pemain seperti Syamsul Chaeruddin atau Hariono, sebagai pengemban fungsi itu.
(Baca Juga: Keren, Lorong Pemain di SUGBK Tak Luput Miliki Wajah Baru)
Bayu Pradana berbeda karena ia juga piawai menjadi pengatur tempo permainan tim. Metronom, begitu istiliah yang disematkan pada pemain seperti ini.
Peran sebagai pengatur tempo itu tak lepas dari kemampuan Bayu Pradana Andriatmo melepas operan akurat.
Kualitas itu pula yang kini diperlihatkannya saat berseragam Merah Putih di era pelatih Luis Milla.
Dari statistik yang dikompilasi Labbola, Bayu Pradana menorehkan rata-rata 51,6 operan sukses tiap pertandingan.
Tak ada pemain timnas era Luis Milla yang punya catatan lebih oke dibanding Bayu Pradana, baik di timnas senior maupun U-23.
Kualitas ini yang membuat pemain timnas lain memercayainya sebagai pusat perpindahan si kulit bundar.
Tak heran Bayu Pradana juga menjadi "Raja Operan" timnas Indonesia era Luis Milla dengan catatan 58,8 passing per partai.
Boleh jadi Luis Milla sangat mengandalkan Bayu Pradana karena ia melihat dirinya sendiri dalam sosok pemain kelahiran Salatiga tersebut.
Saat masih aktif bermain dulu, Luis Milla memang dikenal sebagai gelandang yang piawai menghentikan serangan lawan dan cermat melepas operan pembuka serangan bagi tim.
(Baca Juga: Bangku Berkurang, Kapasitas SUGBK Tetap Tujuh Kali Lipat Stadion Nasional Timnas Islandia)
Mungkinkah itu yang membuat Luis Milla sangat mengandalkan Bayu Pradana?
"Tidak tahu juga apakah itu yang membuat Milla cocok dengan saya. Yang jelas, saya hanya berusaha menikmati permainan, memberikan yang terbaik, dan memberikan apa yang diinginkan pelatih," tutur Bayu Pradana, pilar klub Mitra Kukar ini kepada BolaSport.com.
Namun, karakter permainan elegan bukan berarti Bayu Pradana haram memeragakan permainan keras.
"Kalau soal main keras, hal itu tergantung situasi. Intinya, saya hanya menikmati permainan, tetapi tidak lepas dari karakter saya sendiri," tuturnya.
Kesiapan Bayu melakukan "tugas kotor" bukan tanpa bukti. Labbola juga melansir data bahwa Bayu Pradana melakukan rata-rata 5,4 tekel per partai.
Di timnas senior, hanya Beny Wahyudi yang punya catatan lebih banyak, yakni 6,5 tekel per laga.
Sementara bila turut menghitung timnas U-23 Indonesia, angka lebih tinggi cuma ditorehkan M. Hargianto dengan 7,2 tekel per partai.
(Baca Juga: Wow, Total 31 Pemain Ini Lakukan Debut Laga Timnas Indonesia di Era Luis Milla)
Indonesia sempat memiliki metronom legendaris dalam diri Bima Sakti Tukiman, yang kini didaulat sebagai asisten pelatih timnas Indonesia.
Kebetulan, Bayu Pradana merupakan pengidola jebolan timnas era Primavera tersebut.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | BolaSport.com, labbola.com |
Komentar