Ketika itu, kehidupan Soeratin menjadi serbasulit.
Rumahnya sempat diobrak-abrik tentara Belanda, karena aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dianggap musuh oleh Belanda.
Pengabdian Soeratin bagi bangsa pun masih besar di hari tuanya.
Ia menyanggupi permintaan Ir Djoeanda untuk memimpin Djawatan Kereta Api (DKA) pada 1949.
Akan tetapi, dengan tubuh yang semakin renta, pekerjaan itu sedikit berat. Apalagi, ketika itu perjuangan fisik melawan Belanda terus terjadi.
Setelah sekian lama sakit dan tidak mampu menebus obat, Soeratin meninggal dunia pada 1 Desember 1959 dalam kemiskinan.
Hidup tenang
Tahun ini, sudah 58 tahun Soeratin meninggalkan kita, dan selama 87 tahun juga PSSI telah menjadi bagian dari kehidupan sejarah panjang Indonesia.
Kurun itu pula, PSSI diwarnai sejumlah masalah, mulai dari dualisme federasi hingga perseteruan dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang berujung pembekuan.
Editor | : | Anju Christian Silaban |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar