Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Mengenang Ir Soeratin, Pendiri PSSI dan Tokoh Sumpah Pemuda yang Rela Hidup Miskin

By Anju Christian Silaban - Sabtu, 28 Oktober 2017 | 14:13 WIB
Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda.
ANDREAS JOEVI/BOLASPORT
Ilustrasi Hari Sumpah Pemuda.

 Batu nisan tua di Kompleks Pemakaman Umum Muslim Sinaraga Bandung, Jawa Barat, itu tampak tenang dan membisu. 

Semilir angin menambah sejuk suasana di Blok A TPU di kota berpenduduk sekitar dua setengah juta jiwa tersebut.

Rindangnya pohon di pojok makam seakan melindungi jasad pahlawan di dalam kotak batu berukuran 2 x 1,8 meter yang dikelilingi pagar hitam.

Di tempat itulah, Ir Soeratin Sosrosoegondo beristirahat dengan tenang.

Kisah hidup pendiri sekaligus Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) pertama itu memang penuh keprihatinan.

Ia harus rela hidup dalam kesulitan ekonomi hingga akhir hayat.

Untuk menebus obat, ia pun harus menelan ludah bulat-bulat.

Tidak ada yang dia tinggalkan, kecuali organisasi yang sangat dicintai, yakni PSSI

Lahir di Yogyakarta pada 17 Desember 1898, Soeratin besar di lingkungan terpelajar.

Ayahnya, R Sosrosoegondo, yang juga penulis buku "Bausastra Bahasa Jawi", adalah guru pada Kweekschool.

Istrinya, RA Srie Woelan, adalah adik kandung dari salah satu pendiri Budi Utomo, Dr Soetomo.

Soeratin pun merintis pendidikannya dengan cukup serius.

Tamat dari Koningen Wihelmina School (KWS) di Jakarta pada 1920, Soeratin melanjutkan pendidikannya di sekolah tinggi teknik di Hecklenburg, Jerman.

Tujuh tahun menimba ilmu di negeri seberang, ia kemudian kembali ke Tanah Air dengan gelar insinyur sipil pada 1928.

Dengan gelar itu, karier Soeratin bisa dibilang cukup sukses karena merupakan satu-satunya pribumi yang memiliki posisi tinggi dalam perusahaan konstruksi milik Belanda, bernama Bouwkundig Bureu Sitsen en Lausada di Yogyakarta.

Digaji tinggi sebesar 1.000 gulden, ia juga beberapa kali turut andil dalam membangun beberapa infrastruktur di Nusantara, seperti membangun jembatan dan gedung di Tegal dan Bandung.

Berjuang

Soeratin juga rajin ikut berorganisasi. Dalam sejumlah pertemuan dengan kelompok pemuda yang ingin mencari cara bebas dari belenggu kolonial, ia dikenal sebagai sosok yang mempunyai nasionalisme tinggi.

Di tengah semangat Sumpah Pemuda yang menggelora, Soeratin berpikir keras mencari cara menyatukan Nusantara yang sudah terpecah belah karena taktik devide et impera milik Belanda.

Pada awal 1930, Soeratin akhirnya mempunyai gagasan cemerlang, yaitu menggalang semangat nasionalisme dengan cara berbeda.

Ia berpendapat bahwa kehormatan bangsa bukan cuma urusan perang senjata semata, tetapi juga bisa disalurkan melalui olahraga yang begitu digandrungi di Eropa, bernama sepak bola.

(Baca Juga: Klub Liga 1 Ikut Ramaikan Hari Sumpah Pemuda)

Atas dasar ide itulah, pada 19 April 1930, dibentuk Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (sekarang PSSI) sebagai realisasi konkret Sumpah Pemuda.

Saat iparnya, Dr Soetomo, mengelilingi Pulau Jawa untuk menekankan pentingnya pendidikan yang pada akhirnya menghasilkan berdirinya Budi Utomo, Soeratin juga melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung.

Kongres pertama di Societit Hadiprojo, Yogyakarta melibatkan tujuh pengurus klub pribumi, yaitu (Voetbalbond Indonesche Jakarta), BIVB Bandung (Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond), IVBM (Indonesche Voetbalbond Magelang), MVB (Makassar Voetbal Bond), SIVB (Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond), VVB (Vorstenlandsche Voetbal Bond), dan PSIM (Yogyakarta).

Hasilnya, Soeratin ditunjuk sebagai Ketua Umum pertama PSSI.

Seiring perjalanannya, ia pun terus dipilih menjadi ketua umum selama 11 kali berturut-turut hingga periode 1940.

Pilihan

Kegiatan mengurusi PSSI yang cukup sibuk dengan digulirkannya beberapa kompetisi rutin sejak 1931, pada akhirnya membawa Soeratin pada sebuah pilihan.

Kinerjanya di perusahaan konstruksi milik Belanda mengendur.

Kondisi itu memang bukan situasi sederhana. Meninggalkan pekerjaan tidak hanya membuat Soeratin kehilangan asupan finansial bagi diri dan keluarganya, tetapi juga akan dapat berimbas pada pasokan dana bagi kegiatan PSSI berkurang.

Namun, karena kecintaan pada sepak bola itulah Soeratin, yang memiliki semangat nasionalisme yang tinggi, akhirnya bertaruh untuk memutuskan keluar dari perusahaan tersebut dan lebih memilih mendirikan usaha sederhana sendiri.

Padahal, gajinya di perusahaan itu sangat besar dan memantapkan posisinya sebagai priayi.

Di titik inilah, pertaruhan antara nasionalisme dan materi terjadi dalam kehidupan Soeratin.

Hanya satu yang jadi tujuan bagi Soeratin, yakni agar Nusantara melalui sepak bola tak menjadi pecundang di antara sejumlah negara besar di dunia.

(Baca Juga: Hari Sumpah Pemuda, Indra Sjafri Minta Doa untuk Timnas U-19 Indonesia)

Pilihan itu tepat, karena pada akhirnya Nusantara mampu berbicara di tingkat dunia, melalui keikutsertaannya di Piala Dunia 1938 di Prancis.

Sejumlah negara seperti Jepang, China, Hongkong, hingga dataran Korea pun bertekuk lutut oleh talenta Indonesia yang waktu itu masih memakai nama East Indies.

Nusantara kemudian dapat unjuk gigi di pentas dunia, karena mampu menjadi pionir bagi Asia untuk mengenal sepak bola.

Pada 1940, Soeratin pindah tugas ke kampung halamannya di Bandung dan jabatannya sebagai Ketua PSSI diambil alih oleh Artono Martosoewignyo.

Ketika itu, kehidupan Soeratin menjadi serbasulit.

Rumahnya sempat diobrak-abrik tentara Belanda, karena aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dianggap musuh oleh Belanda.

Pengabdian Soeratin bagi bangsa pun masih besar di hari tuanya.

Ia menyanggupi permintaan Ir Djoeanda untuk memimpin Djawatan Kereta Api (DKA) pada 1949.

Akan tetapi, dengan tubuh yang semakin renta, pekerjaan itu sedikit berat. Apalagi, ketika itu perjuangan fisik melawan Belanda terus terjadi.

Setelah sekian lama sakit dan tidak mampu menebus obat, Soeratin meninggal dunia pada 1 Desember 1959 dalam kemiskinan.


Rombongan Asprov PSSI Jabar ziarah ke makam Ir Soeratin pada Selasa (19/4/2016). (BUDI KRESNADI/BOLA/JUARA.NET)

Hidup tenang

Tahun ini, sudah 58 tahun Soeratin meninggalkan kita, dan selama 87 tahun juga PSSI telah menjadi bagian dari kehidupan sejarah panjang Indonesia.

Kurun itu pula, PSSI diwarnai sejumlah masalah, mulai dari dualisme federasi hingga perseteruan dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang berujung pembekuan.

Soeratin memang sempat meramalkan bahwa PSSI tidak pernah lepas dari persoalan, karena setiap kepengurusan pasti mempunyai pandangannya masing-masing.

Soeratin tidak pernah meminta kekayaan meski harus mati dalam kemiskinan.

Tak pernah pula, Soeratin memproklamasikan diri sebagai pahlawan.

Ia hanya ingin memperjuangkan semangat puluhan juta pemuda Nusantara demi meraih kewibawaan dan harga diri Indonesia.

Ia ingin memberi dan mengalirkan gagasan agar makna sesungguhnya dalam sepak bola dapat jadi warisan emas bagi anak cucu bangsa.

Sang pahlawan kini hidup tenang oleh kedamaian.

Kesederhanaan dan jiwa nasionalismenya itu sepertinya sudah cukup mewarisi kekalnya kisah indah sepak bola yang melahirkan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Terima kasih Ir Soeratin. Semoga kebesaran PSSI bisa menyadarkan sejumlah pengurus yang hanya mementingkan citra dan jabatan semata.

Satu hal pasti bahwa namamu akan tetap harum dalam makam yang kaya akan sejarah emas sepak bola Indonesia.

Engkau memang sudah tiada.

Tetapi, karyamu tetap menjadi inspirasi dan semangat untuk mengangkat kebesaran bangsa lewat sepak bola. 

*Tulisan ini pernah dimuat di Kompas.com, 21 April 2012

 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Anju Christian Silaban
Sumber : kompas.com
REKOMENDASI HARI INI

ASEAN Cup 2024 Terapkan VAR, Media Vietnam Khawatir Pemain Tetap Brutal hingga Berujung Kerugian

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Liverpool
6
15
2
Man City
6
14
3
Arsenal
6
14
4
Chelsea
6
13
5
Aston Villa
6
13
6
Fulham
6
11
7
Newcastle
6
11
8
Tottenham
6
10
9
Brighton
6
9
10
Nottm Forest
6
9
Klub
D
P
1
Borneo
10
21
2
Persebaya
10
21
3
Persib
10
20
4
Bali United
10
20
5
Persija Jakarta
10
18
6
Arema
11
18
7
PSM
11
18
8
PSBS Biak
10
15
9
Persik
10
15
10
Persita
10
15
Klub
D
P
1
Barcelona
13
33
2
Real Madrid
12
27
3
Atlético Madrid
13
26
4
Villarreal
12
24
5
Osasuna
13
21
6
Athletic Club
13
20
7
Real Betis
13
20
8
Real Sociedad
13
18
9
Mallorca
13
18
10
Girona
13
18
Klub
D
P
1
Napoli
10
25
2
Inter
10
21
3
Atalanta
10
19
4
Fiorentina
10
19
5
Lazio
10
19
6
Juventus
10
18
7
Udinese
10
16
8
Milan
9
14
9
Torino
10
14
10
Roma
10
13
Pos
Pembalap
Poin
1
J. Martin
404
2
F. Bagnaia
388
3
M. Marquez
320
4
E. Bastianini
320
5
B. Binder
183
6
P. Acosta
181
7
M. Viñales
163
8
F. Morbidelli
140
9
F. Di Giannantonio
139
10
A. Espargaro
136
Close Ads X