Dalam kesempatan itu APPI menyampaikan tiga pernyataan yang juga diunggah di akun Twitter mereka yang berisi bantahan terlibat praktik match-fixing.
"1. APPI menolak dan menentang dengan tegas segala bentuk pengaturan skor/match-fixing dalam sepak bola Indonesia; 2. APPI akan membantu dan bekerja sama dengan Pihak Kepolisian (Satgas Pengaturan Skor) dalam penanganan kasus match-fixing yang terjadi di sepak bola Indonesia; 3. APPI akan mendorong pihak kepolisian untuk bersikap adil dalam penanganan kasus match-fixing yang melibatkan pesepak bola Indonesia," bunyi pernyataan resmi APPI.
Terkait isu yang tengah hangat beberapa hari ini mengenai pengaturan skor dalam sepakbola Indonesia. Berikut sikap APPI dan klarifikasi Maman Abdurahman.
— APPI (@APPI_info) December 20, 2018
.
APPI juga sudah berkoordinasi dengan @FIFPro dan sejalan dengan visi menolak segala macam bentuk pengaturan skor. pic.twitter.com/MU0PXpjprY
Pernyataan APPI tersebut mendapat respons dari pentolan bonek, Andie Peci.
Menurut Andie Peci, APPI hanya menyampaikan wacana dan belum memberikan dampak yang signifikan untuk perbaikan sepak bola nasional.
Padahal, dituturkan Andie Peci lewat akun Twitternya, APPI bisa melakukan sesuatu yang lebih daripada sekadar wacana.
"APPI sebagai organisasi pemain pro juga masih saja tak dribbling dan passing bola. Belum ada capaian yang signifikan untuk perubahan sepak bola nasional," tulis Andie Peci dalam cuitannya.
APPI sbg organisasi pemain pro jg msh saja tak dribbling dan passing bola
Belum ada capaian yg signifikan utk perubahan sepak bola nasionalSesekali tengoklah ke luar,
ada banyak yg bisa anda lakukan utk sepak bola negeri iniWalau dlm situasi yg berbeda pic.twitter.com/PunSfB4gxQ
— Andie Peci (@AndiePeci) December 20, 2018
"Sesekali tengoklah keluar, ada banyak yang bisa Anda lakukan untuk sepak bola negeri ini. Walau dalam situasi yang berbeda," tulis Andie Peci dengan disertai foto Socrates, simbol Democracia Corinthiana (Demokrasi Corinthians).
Dilansir BolaSport.com dari Pandit, pada 1978 ketika Socrates bergabung dengan klub Brasil, Corinthians, awalnya ia mengikuti semua peraturan yang berlaku di klub.
Akan tetapi, lama kelamaan ia menginginkan kebebasan yang lebih luas dan akhirnya membuat suatu pergerakan untuk mengkritisi kebijakan klub.
(Baca Juga: Mengungkap Kembali Isi Surat Eli Cohen soal Dugaan Pengaturan Skor di Final Piala AFF 2010)
Editor | : | Taufan Bara Mukti |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar