Pada 1980, Socrates dan rekan-rekannya mendapatkan kontrol penuh dalam tim setelah mendapat persetujuan dari Waldemar Pires, presiden klub Corinthians.
Berkat aksi tersebut, setiap pemain Corinthians mendapat kesempatan untuk berbicara dengan bebas dan telah disepakati bahwa setiap ketentuan akan diputuskan secara kolektif.
Semangat tersebut yang diharapkan oleh Andi Peci dari para pemain yang bernaung di bawah payung APPI.
Selain dari Andie Peci, kritik kepada APPI juga muncul dari mantan pemain timnas Indonesia, Rochy Putiray.
Menurut mantan peman Arseto Solo itu menilai, APPI hanya berisikan pemain-pemain yang bergaji tinggi.
(Baca Juga: Jose Mourinho Sempat Jadi Kandidat Pelatih Timnas Indonesia)
Sementara pemain dari Liga 2 dan Liga 3 masih jarang dijamah oleh Ponaryo Astaman dan kolega.
“Saya tidak mengerti cara kerja mereka. APPI itu lembaga. Yang mereka urus adalah pemain dengan gaji besar. Padahal banyak pemain Liga 2 dan Liga 3 yang bermasalah dengan gaji,” ucap Rochy dalam sebuah diskusi di Graha Pena Surabaya, Senin (17/12/18).
Mantan pemain Kitchee FC itu juga mempertanyakan kinerja APPI untuk kemajuan sepak bola Indonesia.
Editor | : | Taufan Bara Mukti |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar