"Di Baku, kami (Mercedes) langsung melihat data untuk melihat apakah ada tindakan uji rem yang dilakukan Hamilton, kami tidak menemukannya," ucap Wolff.
"Namun, saat itu emosi dan kemarahan Vettel menang. Jika Vettel bisa mengembalikan waktu, dia tidak akan melakukan hal tersebut," kata Wolff.
(Baca juga: Konsultan Red Bull: Max Verstappen dan Daniel Ricciardo akan Saling Melengkapi)
Tindakan kurang sportif kedua yang dilakukan Vettel terjadi pada GP Singapura, tepatnya sesaat selepas start.
Vettel yang membalap dengan terlalu agresif membuat empat pebalap, termasuk dirinya sendiri, menyudahi balapan lebih awal.
"Saya tidak tahu apakah dia merasa tertekan atau tidak. Namun, Sebastian sadar, untuk mencetak 25 poin di Singapura, dia perlu memimpin balapan sejak start," ujar Wolff.
"Dia mencoba melakukan itu, tetapi dengan minimnya penglihatan dari dalam mobilnya, dia cuma memicu reaksi panjang dengan mobil-mobil lain," kata Wolff.
Pasca-insiden GP Singapura, jarak poin antara Vettel dan Hamilton melebar menjadi 28 poin.
Situasi Vettel semakin terhimpit ketika dia lagi-lagi mencatat hasil gagal finis pada seri balap musim 2017.
Pada GP Jepang, Vettel gagal mendulang satu poin, sementara Hamilton justru tampil digdaya dengan memenangi balapan di Sirkuit Suzuka tersebut.
Sejak saat itu, Vettel tak lagi mampu mengejar perolehan poin Hamilton dan terpaksa puas dengan status runner-up pada akhir musim balap F1 2017.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | bbc.com |
Komentar