Ia pun mengakhiri hidupnya dengan membiarkan dirinya ditabrak kereta di kota Neustadt am Ruebenberge.
Sangatlah tragis, mengingat Enke di tahun itu baru saja menyandang kiper terbaik musim 2008-2009 Liga Jerman dan termasuk dalam skuat timnas untuk Piala Dunia 2010.
Diungkapkan agennya yang merupakan teman dekat Enke, Jorg Neblung gangguan psikologis memang dimiliki Enke dan diketahui pada 2002.
"Ia punya masalah yang sama di pagi hari di Barcelona; ketakutan saat bangun, takut gagal, panik, dan semuanya membuatnya jadi kuat. Kami melakukan terapi sejak saat itu," ujar Neblung dikutip BolaSport.com dari The Guardian.
Begitu juga yang dirasakan ayah Enke, Dirk, yang merupakan psikologis olahraga.
Dirk mengutarakan adanya banyak ketakutan dan gangguan mental yang dirasakan anaknya.
"Saaat menjalani fase-fase kritis, Roberti takut bola ditembakkan ke gawangnya."
"Saat kambuh, ia tak mau latihan, ia tidak bisa membayangkan berada di bawah gawang."
"Ia kemudian bertanya apakah saya akan marah padanya jika tidak bermain sepak bola, lantas saya jawab: 'Robert, itu bukanlah yang terpenting, tak akan diberkati'," jelas Dirk.
Pasca kejadian tragis yang menimpa Enke, suporter Hannover mengiringi kepergiannya.
Pada 15 November 2009, 40 ribu orang mengisi stadion AWD-Arena untuk melakukan testimoni akhir pada Enke.
Para pemain Hannover juga memasang nomor satu pada dada mereka sepanjang musim 2009-2010 untuk mengenang jasa mantan kipernya itu.
Asosiasi Persepakbolaan Jerman dibantu Hannover pun turut bergerak menghadapi situasi duka itu.
Mereka membuat yayasan untuk membantu pesepak bola yang menderita beban psikologis agar tak ada lagi Enke-Enke yang lain di sepak bola Liga Jerman.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Dari Berbagai Sumber |
Komentar