Fanatisme wilayah, kecurigaan, permusuhan hari itu seakan "mengalahkan" sportivitas, nilai luhur dalam olahraga apa pun.
Namun, Ricko memercikkan pelita di kegelapan itu. Jiwa kemanusiaannya terpanggil. Dia membela orang yang tengah jelas-jelas tersakiti. Berani dan peduli.
Sebagai bobotoh sejati, dia telah memenuhinya dengan mendukung datang ke stadion. Akan tetapi, yang lebih penting dan terhormat, Ricko menjalankan hati nuraninya sebagai manusia.
Satu sisi, hari itu, sekelompok oknum pengeroyok itu menunjukkan matinya rasa kemanusiaan.
Namun, di sisi lain, Ricko, seorang diri, sekali lagi, seorang diri, mengalahkan rasa takut, ragu, dan pengecutnya demi menolong dan membantu seseorang.
Indonesia, bopeng di wajah sepak bola ini masih menganga...
Selamat jalan Ricko... pahlawan dan patriot sepak bola sesungguhnya.
Selamat jalan sahabat... Maaf dari kami yang masih "terbelenggu" dengan fanatisme dan euforia "semu" ini...
#PERSIBberduka
Semoga amal ibadah Iko diterima Allah SWT
Rest in Pride, Ricko Andrean
#PileuleuyanIko #PERSIBsalawasna pic.twitter.com/nfN78oyhuD— PERSIB (@persib) 27 Juli 2017
Editor | : | Eris Eka Jaya |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar