Pada Rabu (19/12/2018), kelompok suporter Persija Jakarta, The Jak Mania memasuki usianya yang ke-21. Dalam 21 tahun perjalanannya, The Jak Mania tumbuh berkembang menjadi salah satu kelompok suporter terbesar di Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa roda organisasi yang dijalankan The Jak Mania berhasil dijalankan dengan baik sehingga bisa bertumbuh hingga sebesar sekarang.
Terlebih, orang-orang pendiri The Jak Mania bernarasi bahwa kelompok suporter ini dibentuk atas keprihatinan mereka terhadap minimnya dukungan untuk Persija.
(Baca juga: Tim Liga 3 Beri Perlawanan, Persipura Menang dan Terus Melaju di Piala Indonesia 2018)
Salah satu pernyataan yang sering terdengar adalah minimnya dukungan masyarakat Jakarta kepada Persija pada partai final kompetisi saat era Perserikatan pada 1973.
Klaimnya, pertandingan yang digelar di Stadion Utama Senayan, nama lama Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), justru didominasi pendukung Persebaya Surabaya, yang bertindak sebagai tim tamu.
Begitu juga dengan klaim minimnya dukungan kepada Persija pada final Perserikatan edisi 1979 kontra PSMS Medan di SUGBK.
(Baca juga: Pasca-terkait dengan Eks Pilar AC Milan, Klub Malaysia Ini Dibantu Agen Cristiano Ronaldo untuk 'Dekat' ke Juventus)
Firman Lubis dalam bukunya, Jakarta 1960-an, bercerita bahwa fenomena seperti itu terjadi lantaran Jakarta dipenuhi oleh pendatang yang enggan memberikan dukungannya kepada Persija.
Sebaliknya, mereka akan antusias mendukung klub asal daerahnya kala bertanding di Jakarta.
(Baca juga: Pasca-terkait dengan Eks Pilar AC Milan, Klub Malaysia Ini Dibantu Agen Cristiano Ronaldo untuk 'Dekat' ke Juventus)
Di satu sisi, orang-orang asli Jakarta terpinggirkan.
Tauhid Indrasjaried dalam video dokumenter berjudul 'Jakarta Is Mine' pada 2005, menyebut orang-orang Jakarta yang terpinggirkan sebagai 'orang-orang kalah'.
(Baca juga: Klub Liga Thailand Ini Resmi Pakai Jasa Pelatih Kelahiran Barcelona untuk 2019)
"Kondisi seperti itu membuat orang-orang kalah ini ketinggalan zaman. The Jak Mania berusaha mewadahi orang-orang kalah ini untuk belajar mencintai Jakarta," tutur pria yang akrab disapa Bung Ferry itu.
Bung Ferry sebagai salah satu founding father The Jak Mania yang sebetulnya merupakan pendukung Pelita Jaya saat masih berkandang di Jakarta, tepatnya Stadion Lebak Bulus.
Tak puas dengan perpecahan di kelompok suporter Pelita Jaya, Bung Ferry memilih untuk gabung ke klub Jakarta lainnya yakni Persija.
(Baca juga: Yang Terbaru dari Grup Barat 8 Besar Liga 3 2018 - Tuan Rumah Sementara Jadi Penguasa)
Dia terkejut kala mendatangi kantor Persija bahwa klub pengoleksi gelar Perserikatan terbanyak sebanyak sembilan kali itu ternyata belum punya kelompok suporter.
Dia pun diminta oleh manajemen Persija untuk mendirikan kelompok suporter hingga akhirnya terbentuklah The Jak Mania pada 19 Desember 1997.
Selain hal itu, didirikannya The Jak Mania juga ada kaitannya terhadap penurunan prestasi Persija yang terpuruk pada periode 1980-an.
Apalagi, pada periode tersebut sedang marak kemunculan kelompok-kelompok suporter klub lain, sebut saja fan Persebaya, Bonek, atau suporter Arema, Aremania.
Dengan alasan minim dukungan dan prestasi Persija anjlok, dibentuklah wacana untuk mendirikan kelompok suporter yang kehadirannya diharapkan bisa membangkitkan gairah sepak bola Jakarta khususnya Persija.
Persija pun akhirnya kembali menjadi tim yang disegani atas keberhasilan mereka menjadi kampiun Liga Indonesia musim 2001 atau pada tahun ke-4 terbentuknya The Jak Mania.
(Baca juga: Drama Persebaya Menuju Musim Baru Mungkin Kembali Bernama Andik Vermansah)
Akan tetapi, benarkah Persija belum memiliki suporter sebelum terbentuknya The Jak Mania pada 1997?
Pegiat sejarah Persija, yang dikenal lewat akun Twitter dengan username Abidinside, membantah klaim tersebut.
Menurut akun yang dikelola beberapa pecinta Persija tersebut menyebut bahwa klub asal Ibu Kota sudah punya pendukung, bahkan sejak masa awal kompetisi pertama kali digulirkan pada 1930-an.
"Sebagaimana diberitakan koran Pemandangan, pada musim kompetisi 1933-34, itu suporter VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra) - cikal bakal Persija, sudah melakukan tur tandang ke Tasikmalaya," begitu cuitan Abidinside pada 21 Februari 2014.
@regirhamanda33 ini kami ada beritanya dari koran "Pemandangan" Februari 1934 pic.twitter.com/xTl7pfOZfs
— Abidin-Side (@AbidinSide) March 13, 2014
Sementara itu, pegiat sejarah Persija lainnya, Gerry Anugrah Putra, lewat akun aliasnya di Twitter, Legendary1928 pernah bercuit bahwa Persija sudah punya suporter sebelum 1997.
"Ketika The Jak lahir, saya masih SD (sekolah dasar). Jadi saya menjadi pendukung Persija sesudah ada The Jak, dulu kalau enggak salah ada Persija Fans Club," begitu isi cuitan Gerry pada 30 Maret 2012.
(Baca juga: Asep Berlian Merespons, Persib Bisa Kental dengan Pemain asal Jawa Barat pada 2019)
Dari penelusuran penulis, pendapat Gerry memang benar adanya dengan tercantumnya Persija Fans Club pada Tabloid Bola salah satu edisi 1994.
Persija Fans Club diresmikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu itu yakni Idroes pada Desember 1994, tetapi pada perjalannya kelompok ini gagal eksis dan pada akhirnya bubar.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar