Dari nasib klub-klub tadi, dapat disimpulkan bahwa adaptasi yang cepat sangat diperlukan bagi setiap tim di musim baru. Banyaknya opsi pemain dalam skuat dapat menghambat proses adaptasi taktik pelatih manapun.
Saya ingin menekankan pentingnya adaptasi dengan mengambil contoh Juventus 2015-2016 yang merekrut 11 pemain baru pada musim panas 2015.
Si Nyonya Tua memang mengakhiri musim itu dengan hebat, yaitu kampiun Serie A, Coppa Italia, dan mencapai final LC. Meski begitu, Juve sempat terperosok di awal musim tersebut.
Sampai akhir Oktober 2015, I Bianconeri sulit menang di liga. Pelatih Massimiliano Allegri mencoba berbagai formasi sebelum akhirnya nyaman dengan pola 3-5-2.
Dia juga tidak memakai semua anak asuh barunya. Hanya Paulo Dybala, Mario Mandzukic, Juan Cuadrado, dan Alex Sandro yang rutin masuk line-up.
Mulai November, Juve merangkak. Sempat di luar 10 besar, mereka berhasil di posisi pertama pada pekan ke-25, yaitu pada pertengahan Februari.
Terbantu performa naik-turun para pesaing utama seperti Napoli dan Roma, posisi Juve tak tergoyahkan hingga akhir musim tersebut.
Kembali ke Milan, melihat geliat transfer Milan sekarang memang mengasyikan, terutama bagi suporter. Asa menyaksikan klub kesayangan kembali kompetitif terus terpupuk oleh setiap pemain baru yang datang.
Saya tidak ingin mengganggu antusiasme yang tengah membumbung. Namun, fan Milan perlu menyiapkan diri andaikata tim telat panas di musim baru. Karena pada akhirnya, adaptasi lah yang berbicara, bukan banyaknya pemain baru yang direkrut.
Jangan sampai Milan seperti saya yang berburu tajil: hanya lapar mata karena tidak semua pembelian berguna.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar