Larang klub tersebut mengikuti kompetisi selama lima tahun. Jangan pedulikan nama besar klub, tapi pedulikan nyawa suporter.
Saya yakin, kalau hukuman tegas ini bisa terlaksana, efek jeranya akan berdampak bagus buat masa depan sepak bola Indonesia.
Masa depan yang bukan hanya muaranya adalah prestasi, tapi juga suporter yang tertib. Tertib mendukung klub kesayangan dengan jiwa sportivitas sudah tertanam di dalam dada mereka.
Saya kok membayangkan suatu waktu tercipta pemandangan indah ini.
Ketika Persija menjamu Persib, di mana pun stadionnya, di antara puluhan ribu Jakmania yang tentu saja berbaju oren (oranye), terselip satu sektor biru dengan keriuhan Bobotoh.
Mereka boleh saling ledek, tapi tidak saling lempar.
Mungkin di awal kondisi ini tercipta bolehlah ada batas pasukan pengaman, untuk jaga-jaga, tapi selanjutnya kita harapkan alamiah terjadi. Begitu juga di Bandung nanti.
Di antara lautan biru Bobotoh, tersisa pasukan oren yang pergi dan pulang untuk menyaksikan Persija dengan aman dan nyaman.
Di Malang, Surabaya, Yogya, Solo, Sleman, atau mungkin di luar Jawa, kondisi ini juga harus kita usahakan tercipta.
Seperti slogan lama tapi tetap relevan untuk kasus ini, 'kalau bukan kita yang melakukan, siapa lagi?'. Tidak perlu ada seminarseminar untuk memulainya.
Cukup diawali dengan kedatangan pentolan-pentolan suporter, diikuti lapisan bawahnya.
Kalau perlu pakai cara presiden kita, Pak Jokowi, sering-sering makan bareng pakai jersey kebesaran.
Ingat, negeri ini sudah banyak masalah dan sepak bola jangan ikut-ikutan nambahin masalah.
@pemredBOLA
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.789 |
Komentar