Skor memalukan tersebut rupanya betul-betul dijadikan tonggak oleh Filipina untuk berubah hingga kemudian bisa ganti menang 4-0 atas Indonesia di Piala AFF 2014.
"Ketika bertemu dengan pengurus federasi sepak bola Filipina, mereka bilang pada saya bahwa kekalahan 1-13 atas Indonesia di Piala Tiger 2002 menjadi momentum yang betul-betul digarisbawahi. Selama 12 tahun mereka belajar dengan segala macam cara untuk menekuk Indonesia."
"Walaupun memakai pemain naturalisasi, tetapi jangan lupa bahwa pembangunan sepak bola di Filipina juga berjalan selama 12 tahun itu," kata Towel.
Rasa muak telah memaksa Filipina belajar. Hal itu juga yang perlu kita lakukan saat ini. Ya, belajar!
Tidak cukup lagi sekadar memuji permainan Satria Tama cs sebagai perjuangan heroik.
Tidak pantas lagi cuma menghibur diri dengan menyatakan bahwa tim asuhan Luis Milla punya potensi besar di kemudian hari.
Thailand, Vietnam, Myanmar, hingga Malaysia bisa berdiri di posisinya saat ini karena mereka telah belajar dan berbenah.
Meminjam unggahan status seorang kolega di media sosial: "Ini soal ilmu, Amangboru!"
Selain belajar, ada satu hal lain yang perlu betul-betul dicamkan dan dilaksanakan.
Marilah berhenti berbuat dosa di sepak bola kita.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar