Penyatu Perbedaan
Pada tahun 2005 ketika Pantai Gading memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2006, Didier Drogba dkk dikatakan bisa membuat perdamaian sementara bagi negara mereka yang saat itu sedang dilanda perang saudara.
Kata-kata Drogba saat itu lebih didengarkan oleh kedua belah pihak yang berseteru daripada kata-kata para politisi di negeri tersebut, yang kemudian menjadi katalis menuju berakhirnya perang saudara.
Namun, Mohamed Salah bukanlah Drogba.
Salah jarang atau hampir tak pernah berkomentar tentang kondisi politik di Mesir.
Salah juga mungkin tak bisa menghentikan berbagai fraksi politik untuk berhenti bertarung dan mulai membangun Mesir yang baru.
(Baca Juga: Setelah Neymar, Mungkinkah Paris Saint-Germain Rekrut Pemain Asal Indonesia?)
Yang bisa dilakukan Salah hanyalah menghentikan langkah para pemain bertahan dan mencetak gol indah bagi timnas Mesir.
Salah hanya bisa menggiring bola melewati lawan-lawannya yang akan membuat hati setiap warga Mesir yang melihatnya berdebar-debar.
Salah hanya mampu melakukan serangan balik cepat dan membuat masyarakat Mesir menyanyikan namanya, meneteskan air mata, atau tersenyum gembira.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | transfermarkt.com, Fifa.com |
Komentar