Pertanyaan inilah yang menjadi salah satu pemicu lahirnya klub Kabau Sirah.
Semena Padang kini menjadi satu-satunya klub yang lahir pada era Galatama yang masih eksis.
Generasi di atas dan di bawahnya, seperti Niac Mitra, Warna Agung, Kramayuda Tiga Berlian, Arseto, Caprina Bali, dan lain-lain sudah lenyap ditelan masa.
Kini, “Kabau Saiukua” (Kerbau seekor) itu pun bakal “dibunuh”. Seiring dengan lenyapnya nama PT Semen Padang menjadi Unit Produksi PT Semen Indonesia.
Tak ada lagi kabanggaan warga Padang. Nama pabrik sudah berganti, nama klub sepak bola pun bakal tak jelas.
(Baca Juga: 5 Alasan Philippe Coutinho Berhasil Mendarat di FC Barcelona)
Sejarah panjang pabrik dan PS Semen Padang bakal tinggal kenangan?
Tak salah bila Anak Nagari Lubuk Kilangan protes. Mereka ingin mempertahankan sejarah itu semuanya, yakni pabrik Semen Padang dan klub sepak bola Semen Padang.
Seperti dikutip dari buku “Kabau Merah dari Indarung” (Januari 2002) yang ditulis dua wartawan sepak bola Sumbar mengatakan; “Citra dan harga diri tak bisa diukur dengan uang. Karena dana besar belum tentu mampu membuat eksis sebuah tim sepak bola”.
Kemudian, Azwar Anas, mantan Ketua Umum PSSI, menyampaikan pesannya dalam buku yang sama agar mempertahankan klub Semen Padang, apapun yang terjadi.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar