Kolega saya turun ke musholla di lantai dasar sekitar 30 menit sebelum kick-off dan baru balik pada pertengahan babak pertama. Ia melewatkan lagu kebangsaan, sepak mula, dan gol pertama timnas.
Akses ke toilet di lantai dasar pun dibatasi oleh pintu besar yang sangat berat untuk dibuka dan ditutup dengan koridor sempit, menimbulkan potensi tabrakan.
Belum lagi membicarakan aspek keamanan.
Teman saya yang duduk di VIP Barat bisa keluar lewat tribune VVIP sebelum laga usai dan melewati mobil-mobil RI 1 dan RI 2 yang terparkir tanpa menemui pemeriksaan berarti.
Bukan hanya VVIP, keamanan suporter biasa juga masuk pertanyaan.
"Kami sudah mengikuti Standar FIFA dalam aspek keamanan di mana dalam kondisi darurat, stadion sudah harus kosong dalam waktu 15 menit," ujar Menteri Basuki beberapa hari sebelum GBK resmi dibuka.
Namun, saya ragu ini bisa dilaksanakan apabila pintu keluar stadion ditutup dan baru dibuka 15 menit jelang partai berakhir.
Apalagi, tidak ada marka-marka jelas sehingga para penonton harus dibiarkan mencari-cari jalan sendiri.
Masih banyak lagi problem lain seperti tata suara, di mana ada dua kesempatan di mana PA system menyala tiba-tiba dan mengeluarkan suara statik yang mengganggu telinga.
Pun, jarang ditemui tempat sampah sehingga kotoran berserakan di beberapa bagian stadion.
Wajar apabila publik bertanya, 769 miliar rupiah habis untuk apa saja sih?
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar