Dengan mengusung moto: “Untuk melahirkan pemain berkualitas dibutuhkan pelatih berkualitas. Melahirkan pelatih berkualitas dibutuhkan pendidikan kepelatihan yang baik”, KSI mulai membangun komunikasi dengan UEFA.
Salah satu jurus jitu yang mereka sampaikan kepada UEFA adalah meminta Asosiasi Sepak Bola Eropa itu untuk menggelar pelatihan pelatih UEFA B di Islandia pada 2003.
Hasrat itu dipenuhi UEFA. Setahun kemudian latihan kepelatihan UEFA A juga digelar di negara yang dulunya menjadi bagian negara Norwegia itu.
Nah, lapangan sudah, pemain-pemain muda mulai bermunculan. Pelatih-pelatih andal dan berlisensi juga sudah. Lalu, bagaimana menciptakan pemain berkelas?
Melahirkan pemain dari kompetisi yang hanya selama 4 bulan jelas tidak mungkin.
Tak cukup waktu untuk mencetak pemain berkelas nasional dan internasional dengan hanya ber-matahari selama 120 hari.
Kemudian, muncul lagi gagasan KSI untuk meminjamkan pemain-pemain muda mereka ke berbagai negara di Eropa.
Belakangan, sejumlah klub Liga Eropa mulai tertarik. Selain kualitas pemain juga didapat dengan harga murah bahkan gratis.
Tak menunggu lama, hanya dalam beberapa tahun kemudian Islandia yang dulunya sebagai pelengkap penderita dalam setiap kali tampil dalam babak kualifikasi Piala Eropa, kini muncul sebagai distroyer alias perusak.
Ajang Piala Eropa 2016 dan Kualifikasi Piala Dunia 2018 adalah bukti kabar Islandia sebagai distroyer.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar