Siapa yang bisa melakukan antisipasi terbaik, akan berhasil.
Hal itu juga terjadi, dan akan selalu terjadi, di dunia balap.
Formula 1 telah membuktikan banyak hal.
Terakhir adalah dominasi Mercedes yang sukses mengantisipasi mesin hybrid turbo dengan sangat terukur dan begitu antisipatif, dua tahun sebelum aturan tersebut diberlakukan.
Ketika era itu dimulai pada 2014, tak ada satu pun tim yang bisa menandingi tim berjuluk Panah Perak itu dalam empat musim terakhir.
Tim-tim Formula 2 musim ini juga menghadapi tantangan berat. Mereka harus bisa menjinakkan mesin-turbocharged anyar yang menggunakan Halo sebagai pengaman.
Hal itu tentu takkan mudah karena mereka sudah terbiasa balapan dengan mobil yang sama dengan regulasi yang tak banyak berubah selama tujuh tahun sebelum ini.
Karena itulah, akan menarik melihat tim mana yang bisa bersiap seperti Mercedes.
Dua tes pramusim di Sirkuit Paul Richard dan Sakhir berjalan baik.
Tim-tim telah mempunyai cara tersendiri untuk mengembangkan potensi mobil GP2/F2 generasi keempat. Mereka tidak hanya mengetes di beragam sirkuit, tetapi juga temperatur berbeda.
Di Paul Ricard, suhu relatif sejuk dan bersahabat bagi ban. Namun, Sakhir begitu abrasif dan panas. Itulah yang dibutuhkan dalam persiapan.
Sayangnya (atau bagusnya?) dari tes-tes tersebut kita tidak bisa mengetahui siapa yang dalam performa terbaik saat ini.
Gambaran itu akan terlihat pada kualifikasi pertama musim 2018 di Bahrain pada Jumat ini yang digelar dalam kondisi bersahabat karena sejuk dan dilangsungkan pukul 20.00, tidak seperti pukul 11.30 pada saat latihan bebas.
***
Memprediksi siapa yang akan keluar sebagai juara di F2 selalu sulit.
Di F1, Mercedes bisa meraih rentetan gelar bersama Lewis Hamilton, Ferrari melalui Sebastian Vettel, dan McLaren dengan Fernando Alonso. Prediksi di F1 lebih mudah.
Tim Pertamina Prema Theodore Racing tak lagi diperkenankan memakai jasa Charles Leclerc. Pebalap bertalenta dan sang juara harus pergi. Tim hanya boleh mempertahankan teknisi juara.
Mengamankan para teknisi sama berharganya dengan memiliki pebalap terbaik.
Di atas kertas, Russian Time diprediksi punya kesempatan besar menjadi juara melalui Artem Markelov.
Inilah tahun kelima mereka bekerja bersama. Pemenang lima seri balapan itu sudah tahu apa yang terbaik bagi ia sendiri dan tim.
Musim lalu, Markelov memenangi Feature Race di Sakhir dengan strategi pemilihan ban cerdas. Mengelola ban menjadi keunggulan utama pebalap Rusia itu, dan juga akan sangat vital pada balapan musim ini.
Musim ini, mobil lebih berat 50 kilogram. Ban tentu akan bekerja lebih berat untuk menopang beban tersebut. Jika Markelov menggunakan kemampuannya sepanjang musim, dia punya kesempatan besar.
Russian Time tentu tak ingin mengulang sejarah 2013 dan 2017 ketika menjadi juara konstruktor tetapi pebalapnya gagal menjadi yang terbaik.
***
Tanpa ragu, Pertamina Prema Theodore Racing akan menjalani musim sulit.
Dalam dua tahun beruntun mereka menjadikan Pierre Gasly dan Leclerc juara, tapi takkan mudah melakukan hal yang sama terhadap Sean Gelael atau Nyck de Vries.
Gelael merupakan pebalap Asia pertama yang dimiliki Prema. Bos Prema, Rene Rosin, mengatakan membawa pebalap Indonesia tersebut meraih sukses merupakan tugas terbesarnya.
Selama tes pramusim, Gelael kian matang. Dia tampil baik saat simulasi balapan, setidaknya dibandingkan dengan rekan setimnya.
Di Sakhir, dalam race run Gelael mampu mendahului De Vries baik saat menggunakan ban utama maupun pilihan.
Meski demikian, Gelael menyadari masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi untuk kualifikasi.
Namun, pebalap berusia 21 tahun itu akan terhitung sukses jika mampu memperbaiki pencapaiannya pada 2016 dan 2017.
Secara rata-rata, posisi finish Gelael adalah P15 (2016) dan P13 (2017), dan grid-nya meningkat dari P18 menjadi P16.
Prema dan Gelael berharap tidak hanya sedikit peningkatan yang terjadi tahun ini.
Jika dia mampu start dari sepuluh besar pada Feature Race di Sakhir, memanfaatkan sentuhan bagus saat race run, dia akan mengejutkan semua orang dengan naik peringkat lebih tinggi daripada posisi finish rata-rata dua tahun terakhir.
Gelael dan De Vries, juara race berpengalaman, akan membantu satu sama lain dan itu akan menguntungkan Prema.
Kita juga harus mengingat para juara yang datang ke F2. Lando Norris dan George Russell membawa insting maut mereka. Raja FIA F3 Eropa dan GP3 itu mampu beradaptasi dengan baik sejauh ini.
Dua pebalap Britania itu menyadari McLaren dan Mercedes sedang memantau mereka, dan di Carlin dan ART Grand Prix perkembangan karier mereka bakal aman.
Menjadi juara F2 akan mempermudah jalur mereka ke F1, meski bukan jaminan pasti. Bahkan jika gagal tahun ini, masih banyak waktu karena mereka masih muda.
Markelov, De Vries, Russell, dan Norris mungkin menjadi favorit pramusim untuk merebut gelar juara tahun ini, tapi bersiap lah mendapat kejutan dari pebalap lain.
Nicholas Latifi, Luca Ghiotto, dan bahkan Gelael lebih dari mampu untuk melakukannya.
Bring on the season!
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com, FoxSport.com |
Komentar