Kita tidak lagi dikelilingi oleh cerita yang happy ending yang menampilkan karakter protagonis mendapatkan apa yang dia mau dengan mudahnya.
(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)
Alih-alih, kita hidup di generasi Game of Thrones, ketika narasi yang ada tidak selamanya berpihak pada figur yang kita anggap jagoan.
Di serial Game of Thrones, karakter yang disukai pemirsa bisa saja tewas terbunuh tanpa diduga, sementara karakter yang dibenci bisa bertahan hidup dalam waktu yang lama.
Figur seperti Mohamed Salah pun tidak selalu bisa mendapat hasil yang dia mau--tidak peduli jika dia diharapkan jadi sosok pahlawan baru oleh penonton yang ingin ada penyegaran setelah nyaris sedekade dihadapkan pada nama yang itu-itu saja.
Tapi, ya sudahlah.
Kalau mengutip kata-kata Petyr Baelish, salah satu karakter di Game of Thrones, “a past is a past. The future is all that worth discussing.”
Masa lalu ya masa lalu. Yang layak dibahas hanya masa depan.
Hal-hal seperti yang terjadi pada Mohamed Salah di final Liga Champions cuma satu dari sekian banyak yang membuat sepak bola jadi tidak membosankan.
Setelah dia tidak sempat unjuk gigi pada babak final, tinggal menunggu, bisakah Salah mendapat kesempatan bersinar yang layak pada partai puncak Liga Champions?
Kalau ya, kapan? Dengan klub yang mana? Liverpool-kah, atau justru klub lain?
You’ll never walk alone, Salah. Semoga cepat sembuh.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar