Lionel Messi dan kawan-kawan harus angkat koper dari negara yang dulu bernama Uni Soviet. Mereka takluk dari Negeri Mode, Prancis, dengan skor menyakitkan 3-4.
Lalu, disusul Portugal. Tim penuh bintang itu juga tak berdaya menjinakan kekuatan klasik, Uruguay. Mereka kalah dengan angka yang tak kalah sakitnya, 1-2. Cukup?
Sehari kemudian, fenomena tumbangnya negara-negara raksasa sepak bola dunia terus berlanjut.
Mantan juara dunia 2010, Spanyol, juga pulang dengan kepala menunduk. Langkah mereka dihentikan tuan rumah Rusia lewat drama adu penalti.
Tim Dinamit Denmark juga mengubah prediksi banyak pengamat sepak bola dunia. Negara pecahan Yugoslavia, Kroasia, menghentikan langkah mantan juara Eropa 1988 itu, juga melalui drama titik putih.
(Baca Juga: Brasil Jadi Satu-satunya Harapan Para Pemuja Penguasaan Bola)
Lantas, akankah semua kejutan dan hasil di luar perkiraan banyak penggemar sepak bola dunia itu bakal terus berlanjut?
Tak ada yang tak mungkin. Apalagi melihat negara-negara yang lolos ke babak gugur itu harus menghadapi kekuatan yang mungkin selama ini tak terdeteksi dan di luar batas perkiraan.
Misalnya Inggris. Juara Piala Dunia 1966 itu bersua wakil Amerika Latin, Kolombia.
Benar, sejarah pertemuan kedua negara masih menjadi milik negara Britania itu. Namun, Falcao cs adalah senjata yang mampu melesat secepat kilat dan membabat kekuatan negara kerajaan tersebut.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar