Hanya, kegemilangan trio tersebut di "dunia nyata" yang terjadi sebelum turnamen tidak berlanjut saat memasuki universe Rusia.
Kehancuran Jerman di fase grup, serta melempemnya Argentina, Portugal, dan tentu saja Spanyol, menjadi bukti lain tim-tim kuat tradisional itu seperti bukan mereka dalam versi sebenarnya.
Menurut saya, isyarat Piala Dunia 2018 bakal berjalan tak biasa sudah terlihat dengan rontoknya Belanda dan Italia di kualifikasi zona Eropa.
Piala Dunia tanpa mereka rasanya berbeda. Terus, keganjilan lain menyusul saat Spanyol memecat pelatih cuma dua hari sebelum laga pertama mereka di grup.
Ke mana tuah emas Thomas Mueller, ketajaman Gonzalo Higuain-Sergio Aguero-Paulo Dybala, atau produk fantasi Andres Iniesta-David Silva?
Lalu, apa yang terjadi dengan mesin Leo Messi, Robert Lewandowski, atau Radamel Falcao?
Walau sudah jamak terlihat, kelesuan Mesut Oezil pun masuk taraf lebih mengkhawatirkan.
Bahkan Cristiano Ronaldo cuma hebat dalam 100 menit awal penampilan di Piala Dunia 2018 setelah bikin 4 gol. Sisanya, CR7 seperti bukan dirinya lagi.
Kemudian, top scorer Kolombia di Piala Dunia 2018 bukan Si Macan Falcao atau Si Anak Emas James Rodriguez, melainkan Yerry Mina, bek anyar Barcelona yang baru main 5 kali di La Liga musim lalu.
Seperti dijabarkan kolumnis top The Guardian, Nick Miller, Piala Dunia tahun ini adalah chaos, sebuah kekacauan luar biasa.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | whoscored.com, BolaSport.com, Theguardian.com |
Komentar