Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Aneh bin Ajaib, Piala Dunia 2018 seperti di Semesta Lain

By Beri Bagja - Rabu, 4 Juli 2018 | 15:22 WIB
Para fans timnas Argentina saat menyaksikan laga Argentina kontra timnas Nigeria di Stadion Saint Petersburg, Selasa (26/6/2018).
HERKA YANIS PANGARIBOWO/TABLOID BOLA
Para fans timnas Argentina saat menyaksikan laga Argentina kontra timnas Nigeria di Stadion Saint Petersburg, Selasa (26/6/2018).

 Bagi Anda penggemar teori multiverse yang konspiratif, Piala Dunia 2018 bisa dijadikan materi bahasan menarik karena di sanalah hal-hal yang tak lazim terjadi di dunia dapat muncul.

Teori multiverse menjelaskan bahwa alam semesta tempat kita hidup ibarat ada dalam sebuah gelembung, di mana ada semesta lain terdapat di dalamnya.

Artinya, alam semesta yang kita tempati bukan satu-satunya, melainkan ada banyak universe lain yang diisi oleh "kita yang lain" dengan paralel dan cerita hidup berbeda pula.

Mungkin agak lebay, tapi Piala Dunia 2018 saya sebut ibarat semesta berbeda karena memunculkan sederet anomali yang tidak biasanya terjadi di "dunia nyata".

Anomali yang membuncah membuat skenario ideal sebuah turnamen tidak berjalan sesuai pandangan mainstream.

Simpel saja. Lihat dua megabintang terdepan di dunia kita sekarang, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, mesti angkat koper lebih dini di babak 16 besar. Mereka gugur pada hari yang sama pula.

Padahal, skrip ideal yang dinanti umat bal-balan masa kini melihat Messi dan Ronaldo bertarung pada partai paling akbar di final Rusia 2018, yang sangat mungkin jadi penutup karier paripurna mereka di timnas. 

(Baca juga: Piala Dunia 2018, Kelanjutan Rekor Horor Spanyol Kontra Tuan Rumah)

Rusia menjadi kuburan bagi Messi, Ronaldo, dan Mohamed Salah - tiga superstar yang digadang-gadang bakal sukses di ajang ini dan paling kuat dicalonkan meraih Ballon d'Or 2018.

Hanya, kegemilangan trio tersebut di "dunia nyata" yang terjadi sebelum turnamen tidak berlanjut saat memasuki universe Rusia.

Kehancuran Jerman di fase grup, serta melempemnya Argentina, Portugal, dan tentu saja Spanyol, menjadi bukti lain tim-tim kuat tradisional itu seperti bukan mereka dalam versi sebenarnya.

Menurut saya, isyarat Piala Dunia 2018 bakal berjalan tak biasa sudah terlihat dengan rontoknya Belanda dan Italia di kualifikasi zona Eropa.

Piala Dunia tanpa mereka rasanya berbeda. Terus, keganjilan lain menyusul saat Spanyol memecat pelatih cuma dua hari sebelum laga pertama mereka di grup.

Ke mana tuah emas Thomas Mueller, ketajaman Gonzalo Higuain-Sergio Aguero-Paulo Dybala, atau produk fantasi Andres Iniesta-David Silva?

Lalu, apa yang terjadi dengan mesin Leo Messi, Robert Lewandowski, atau Radamel Falcao?

Walau sudah jamak terlihat, kelesuan Mesut Oezil pun masuk taraf lebih mengkhawatirkan.

Bahkan Cristiano Ronaldo cuma hebat dalam 100 menit awal penampilan di Piala Dunia 2018 setelah bikin 4 gol. Sisanya, CR7 seperti bukan dirinya lagi.

Kemudian, top scorer Kolombia di Piala Dunia 2018 bukan Si Macan Falcao atau Si Anak Emas James Rodriguez, melainkan Yerry Mina, bek anyar Barcelona yang baru main 5 kali di La Liga musim lalu.

Seperti dijabarkan kolumnis top The Guardian, Nick Miller, Piala Dunia tahun ini adalah chaos, sebuah kekacauan luar biasa.

Alasannya, semuanya seperti skrip berantakan, tak bisa diprediksi. Menurutnya, banyak hal ajaib di luar logika umum muncul di sini.

Sorotan Miller, justru pemain seperti Marouane Fellaini dan Nacer Chadli yang malah menjadi aktor kebangkitan Belgia dalam comeback luar biasa versus Jepang di 16 besar.


Marouane Fellaini (kanan) bertemu dengan rekan seklubnya di Manchester United, Marcus Rashford, dalam laga Grup G Piala Dunia 2018 antara timnas Belgia dan Inggris di Kaliningrad Stadium, Kamis (28/6/2018). ( HERKA YANIS PANGARIBOWO/TABLOID BOLA )

Mungkin sindiran soal Lord Fellaini akibat penampilannya di Manchester United sudah banyak orang tahu.

Bagaimana dengan Chadli, yang cuma 4 kali tampil musim lalu di West Bromwich Albion - klub yang terdegradasi ke divisi II Liga Inggris?

Lantas, apa yang terjadi dengan performa kikuk kiper terbaik Premier League, David de Gea? Pun dengan Manuel Neuer, si peraih Sarung Tangan Emas Piala Dunia 2014 yang tampil gelagapan.

Di Piala Dunia 2018, kita juga bisa menemukan peristiwa, rekor, atau hal yang jarang, bahkan belum pernah terjadi sebelumnya.

Jerman untuk kali pertama rontok di putaran perdana Piala Dunia sejak 1938.

Rusia menyapu dua laga pertama dengan kemenangan telak (5-0, 3-1). Uruguay melakoni trilaga awal dengan kemenangan tanpa sekali pun kebobolan.

Yang aneh, Uruguay juga baru dapat satu kartu kuning sampai kelar babak 16 besar. Ya, satu! Untuk tim yang terkenal doyan tampil beringas, catatan ini luar biasa.

Swedia maju sebagai juara Grup F dan masuk perempat final untuk kali pertama sejak 1996. Afrika bikin rekor terburuk tanpa wakil di fase gugur sejak 1982.

Jangan lupa soal efek VAR yang disebut-sebut membuat Piala Dunia 2018 memecahkan rekor gol penalti dan via bola mati terbanyak, juga jumlah gol bunuh diri paling tinggi.

Di Piala Dunia 2018, untuk kali pertama urutan akhir klasemen di fase grup ditentukan lewat jumlah kartu. Pelakunya Jepang dan Senegal.


Ekspresi para pemain Rusia saat mengalahkan Spanyol lewat drama adu penalti dalam laga babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium, Moskow, Rusia pada 1 Juli 2018. ( HERKA YANIS PANGARIBOWO/TABLOID BOLA )

Oh iya, Inggris juga akhirnya menang adu penalti atas Kolombia setelah dihantui kegagalan dua dekade. Hal ini mungkin disambut megah publik Inggris bak kemenangan di Perang Dunia.

Di Piala Dunia 2018, Anda tak usah tampil bagus-bagus dan dominan untuk menang. Tiki-taka ala Spanyol menuju tanda kepunahan.

Apa gunanya melepas rekor 1.137 operan dan 25 tembakan jika akhirnya harus takluk oleh Rusia, tim pemilik satu tembakan on target sepanjang laga?

Di Piala Dunia 2018, cukup modal bertahan bagus, jago bola mati, efektif dan disiplin, Anda bisa melaju jauh. Taktik ini primadona bagi hampir semua tim yang masih sintas. 

Tak usah lama-lama menguasai bola, menyisir lapangan dari berbagai sisi, atau menghujani lawan dengan tembakan, kalau ujung-ujungnya kikuk di kotak penalti musuh.

Menurut data Whoscored yang dikutip BolaSport.com, dari lima pemilik penguasaan bola tertinggi, hanya Brasil yang masih bertahan (57,2%).

Spanyol (69%), Jerman (65,3%), Argentina (61,1%), dan Arab Saudi (57%), sudah pulang duluan.

Ada yang kelewat. Ronaldo dan Messi juga kompak gagal bikin gol lewat spot penalti. Sejauh ini, Neymar lebih sering dituding akting berguling-guling, jempalitan di lapangan ketimbang bikin gol (2).


Para pemain Spanyol meratapi kekalahan dari Rusia lewat adu penalti dalam partai babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki, Moskow, 1 Juli 2018. ( HERKA YANIS PANGARIBOWO/TABLOID BOLA )

Di balik segala anomali tersebut, semua pasti ada musababnya.

Vonis Jerman terpuruk karena kombinasi pemilihan materi, taktik, minim pemimpin dan build-up buruk sebelum turnamen, hingga isu politis serta arogansi mental juara bertahan.

Argentina kolaps akibat faktor materi tak seimbang, kenaifan pelatih, dan bobroknya internal federasi.

Spanyol terdepak lantaran kekacauan di pos pelatih, kondisi fisik, dan ada di masa peralihan pilar senior ke pemain muda.

Portugal? Ah, paling kaitannya dengan efek Ronaldo lagi.

Toh, sampai perempat final, Piala Dunia 2018 masih menyisakan Prancis, Brasil, dan Inggris sebagai pilihan mainstream calon kampiun, biar turnamen tak terlalu ganjil.


Ekspresi penyerang Brasil, Neymar, dalam laga babak 16 besar Piala Dunia 2018 kontra Meksiko di Samara Arena, Samara, Rusia pada 2 Juli 2018.(SAEED KHAN/AFP)

Buat para penggemar arus utama, bertahannya Harry Kane atau Romelu Lukaku yang stabil mempertahankan performa di daftar pencetak gol masih membuat lega.

Namun, untuk para pendukung yang netral, kelahiran juara baru antara Belgia, Rusia, Kroasia, atau Swedia amat dinantikan. Pun Uruguay, pelakon lawas yang terakhir kali juara dunia pada 1950. 

(Baca juga: Makan Tumbal Tim-tim Raksasa, Perjalanan Swedia di Piala Dunia 2018 Bukan Dongeng) 

Siapa tahu di semesta Rusia 2018 ini tim yang terburuk malah menjadi peserta terkuat di akhir turnamen? Bukan negara terfavorit yang bakal menjadi tim terbaik seperti biasa terjadi pada umumnya.

Kalau soal ini, saya jadi ingat ada klenik perihal siklus 20 tahunan di Piala Dunia.

Ditelusuri bahwa sejak 1958, tim tuan rumah selalu tampil hebat minimal sampai final.

Secara beruntun, mereka adalah Swedia (finalis 1958), Argentina (juara 1978), dan Prancis (juara 1998).

Nah, sekarang Piala Dunia 2018 digelar di Rusia, dan Anda tahu kan maksud saya?

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Beri Bagja
Sumber : whoscored.com, BolaSport.com, Theguardian.com
REKOMENDASI HARI INI

Jadwal Liga Spanyol - Cuma Jumpa Tim Kroco, Selisih Poin Barcelona dan Real Madrid Berpotensi Tak Berubah

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Liverpool
6
15
2
Man City
6
14
3
Arsenal
6
14
4
Chelsea
6
13
5
Aston Villa
6
13
6
Fulham
6
11
7
Newcastle
6
11
8
Tottenham
6
10
9
Brighton
6
9
10
Nottm Forest
6
9
Klub
D
P
1
Borneo
10
21
2
Persebaya
10
21
3
Persib
10
20
4
Bali United
10
20
5
Persija Jakarta
10
18
6
Arema
11
18
7
PSM
11
18
8
PSBS Biak
10
15
9
Persik
10
15
10
Persita
10
15
Klub
D
P
1
Barcelona
13
33
2
Real Madrid
12
27
3
Atlético Madrid
13
26
4
Villarreal
12
24
5
Osasuna
13
21
6
Athletic Club
13
20
7
Real Betis
13
20
8
Real Sociedad
13
18
9
Mallorca
13
18
10
Girona
13
18
Klub
D
P
1
Napoli
10
25
2
Inter
10
21
3
Atalanta
10
19
4
Fiorentina
10
19
5
Lazio
10
19
6
Juventus
10
18
7
Udinese
10
16
8
Milan
9
14
9
Torino
10
14
10
Roma
10
13
Pos
Pembalap
Poin
1
J. Martin
404
2
F. Bagnaia
388
3
M. Marquez
320
4
E. Bastianini
320
5
B. Binder
183
6
P. Acosta
181
7
M. Viñales
163
8
F. Morbidelli
140
9
F. Di Giannantonio
139
10
A. Espargaro
136
Close Ads X