Tikus-tikus dengan dua jenis rantai genetik merespons diet ketogenik dengan sangat baik, sedangkan tikus-tikus dengan dua jenis rantai genetik lainnya tidak cocok menjalani diet kegotenik.
Menurut Barrington, “Yang satu jadi obesitas dan mengalami kenaikan kolesterol serta perlemakan hati. Satunya lagi jadi lebih lemas dan cenderung tidak mau beraktivitas fisik, meskipun tubuhnya masih tetap ramping.”
Barrington juga menjelaskan, bahwa ini sama saja dengan yang disebut “kurus tapi berlemak” pada manusia. Di mana seseorang terlihat memiliki berat badan yang sehat tapi sebenarnya memiliki persentase lemak tubuh yang tinggi.
Peneliti mengharapkan dengan adanya penelitian awal ini, akan muncul ilmu baru lagi terkait pola diet berbeda yang bisa diterapkan di masing-masing orang juga. Makanan, diet, ataupun olahraga yang dilakukan juga akan disesuaikan dengan genetik masing-masing.
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar