Meskipun sudah berpengalaman sepuluh tahun lebih dalam pertandingan besar di antara pelari-pelari bertarap internasional seakan-akan masa pengalaman selama itu tidak berpengaruh sama sekali.
Karena hal inilah dalam 10.000 m Gurnam hanya kebagian medali perunggu, semata-mata disebabkan kesalahan taktik berlomba.
Baca juga: Mengundurkan Diri sebagai Tuan Rumah Asian Games 2018, Ini 5 Fakta Menarik tentang Hanoi, Vietnam!
Sifat seakan-akan kehilangan pengalaman sama sekali itu ternyata benar dalam perlombaan lari marathon. Selama jarak 28 km dari 42 km lebih jarak perlombaan Gurnam memimpin kelompok kecil pelari, yang sudah kerontokan dua orang.
Sebetulnya Gurnam cukup mempertahankan tempo lari agar sedikit mendahului kelompok, antara lain terdiri dari Nagata dari Jepang dan Jousaf dari Pakistan. Tapi tanpa perdulikan tempo saingan, hawa udara, keadaan parcours dan kondisi diri sendiri Gurnam "ngiprit" terus, jauh meninggalkan lawan.
Hampir jarak 29 km dicapai Gurnam jatuh terkulai dan hilanglah harapan untuk menggondol sebuah medali lagi. Tamatlah riwayatnya juga dalam dunia atletik Indonesia, sebab kemudian dia tidak muncul lagi di arena atletik Indonesia.
Perannya sebagai pelakon utama telah terhenti, namun nama Gurman Singh tidak akan lenyap sepanjang sejarah atletik Indonesia, demikian juga nama-nama Ndalip Singh dan Caranyit Singh.
(Ditulis oleh Tan Liang Tie. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1975)
Baca juga:Lepas dari Uni Soviet, 5 Negara Ini Mantap Tampil dalam Asian Games Sejak 1994
Editor | : | |
Sumber | : | - |
Komentar