Pada tahun 2018 ini, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, eSports mulai dipertandingkan di ajang olahraga multicabang terbesar di Asia, Asian Games.
Masih berstatus cabang olahraga ekshibisi, eSports mulai digelar di Asian Games 2018 pada Minggu (26/8/2018).
Juga diikuti oleh atlet-atlet Indonesia, eSports mulai mengembangkan diri sebagai cabang olahraga alternatif yang bisa memberikan kebanggaan pada negara.
Karenanya, tidak sedikit yang meyakini bahwa sudah waktunya eSports diseriusi dan diperlakukan sebagaimana cabang olahraga lainnya oleh para pemangku kebijakan di bidang olahraga Tanah Air.
Ada anggapan bahwa selain dukungan berupa sarana dan peralatan, proses pembinaan atlet eSports juga perlu diperhatikan agar cabang olahraga ini bisa terus berkembang dan secara konsisten dapat memberikan prestasi tinggi.
Dalam olahraga pada umumnya, proses pembinaan atlet berawal dari usia dini.
Misalnya pengenalan cabang olahraga prestasi kepada anak-anak atau bahkan memasukkannya ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah.
Kalau olahraga lain bisa melakukannya, para penggiat eSports pantas merasa apa yang mereka tekuni juga dapat memperoleh perlakuan yang sama.
Mengenalkan eSports kepada masyarakat sejak usia sekolah merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan agar semakin banyak orang yang mengenal dan melakukan eSports sejak usia muda.
Tentu saja akan ada sikap pro dan kontra apabila eSports diperkenalkan ke sekolah, apalagi jika sampai dimasukkan dalam mata pelajaran sehari-hari.
Maklum, masih banyak beredar anggapan bahwa bermain game adalah aktivitas yang tidak mendidik dan menghambat prestasi anak-anak di sekolah.
Akan tetapi, anggapan tersebut bisa disingkirkan jika melihat apa yang dilakukan oleh SMA 1 PSKD.
Sejak tahun ajaran 2016/2017, sekolah yang beralamat di Jl. Diponegoro No. 80 Jakarta Pusat ini menjadi sekolah pertama yang membuka program edukasi eSports di Indonesia.
(Baca juga: Ini Banderol Tiket Cabang eSports Asian Games 2018)
Program eSports ini tidak masuk ke dalam kurikulum belajar resmi dari pemerintah, tapi sekolah memang memiliki kewenangan untuk menambahkan program yang diinginkan siswa.
“Tujuan kami adalah mengenalkan anak-anak kepada dunia digital. Ketimbang e-Commerce dan coding, anak-anak lebih banyak yang tertarik dengan eSport,” kata Yohannes P. Siagian, kepala sekolah SMA 1 PSKD.
Salah besar jika menganggap pengadaan program eSport akan membuat anak-anak malas belajar.
SMA 1 PSKD menetapkan peraturan ketat bagi siswa-siswa yang ingin mengikuti program ini.
Seperti dikutip Bolasport.com dari situs sekolah, salah satu peraturan adalah nilai rapor siswa harus konsisten di atas 80.
Peserta program eSport juga harus melewati tahap seleksi berlapis, dari tes bidang sampai wawancara sekolah dengan siswa dan orang tua mereka.
Yohannes mengungkapkan dari sekitar 500-600 siswa yang mendaftar, hanya 60-70 orang yang diterima.
(Baca juga: BREAKING NEWS - Pasangan Tenis Christopher/Aldila Raih Medali Emas bagi Indonesia)
Saat ini program eSport SMA 1 PSKD memiliki empat cabang utama, yaitu Defense of the Ancient 2 (DotA2), League of Legends (LoL), Counter Striker: Global Offensive (CS:GO), dan Overwatch.
Selain keempat cabang utama itu, program eSport SMA 1 PSKD juga mendukung beberapa cabang sekunder, seperti Mobile Legends, Arena of Valor, VainGlory, PointBlank, dan sebagainya.
Di samping cabang-cabang tersebut, semua peserta program juga diizinkan untuk mengembangkan cabang lain.
Cabang-cabang yang memiliki cukup peminat bisa dikembangkan menjadi cabang utama.
Bagi para siswa peserta program eSport di SMA 1 PSKD, mereka tak hanya diajarkan teori dan latihan di sekolah. Para murid juga sering diikutkan turnamen eSport.
Lewat program ini, SMA 1 PSKD berharap bisa memunculkan semakin banyak atlet-atlet eSport muda berprestasi yang kelak bisa mewakili negara di turnamen internasional.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar