BOLASPORT.COM - Seiring berkembangnya zaman, teknologi motor MotoGP saat ini mengalami perubahan yang signifikan.
Sejak penyeragaman ECU (Electronic Control Unit) pada tahun 2016, MotoGP jauh lebih kompetitif.
Namun hal itu juga menyisakan beberapa masalah bagi tim, seperti yang dialami Valentino Rossi dan Maverick Vinales di tim Yamaha.
Baca Juga : Hanya Rotasi, Yamaha Masih Belum Turuti Keinginan Valentino Rossi
Berbicara mengenai ECU, ternyata komponen tersebut memiliki cara kerja yang sangat rumit. Jika setup tidak cocok, hal itu berdampak pada hasil ketika balapan.
Hal inilah yang masih membuat Yamaha pusing, karena masalah pada perangkat elektronik membuat kinerja motor tidak maksimal.
Sehingga Valentino Rossi dan Maverick Vinales sering mengeluhkan kurangnya grip pada ban belakang motor Yamaha M1.
Beda kondisi trek, beda suhu, beda gaya balap, mau pun beda ban, ECU akan mengatur respons motor terhadap masing-masing kondisi tadi.
Tiap tim berlomba-lomba untuk jadi yang terbaik di sektor elektronik.
Karena kunci kemenangan tidak hanya masalah pembalap, mesin, atau sasis saja, tetapi juga komponen elektronik.
Sampai beberapa waktu lalu, Yamaha bekerja sangat keras demi memperbaiki ketertinggalannya dari Ducati dan Honda di bagian elektronik.
Seberapa penting sih ECU ini?
Baca Juga : Bos Petronas Yamaha SRT Beri Peringatan kepada Rossi dan Vinales
Direktur Teknologi MotoGP, Corrado Cecchinelli, mengatakan bahwa jawaban untuk masalah ECU adalah kalibrasi.
Cara kerja ECU sebenarnya sama untuk semua orang. Yang jadi pembeda adalah ribuan kombinasi angka pada program tiap-tiap pabrikan.
Secara garis besar, ECU mengatur seluruh kontrol yang ada di motor, seperti sasis, traksi, sampai wheelie.
"Strategi kontrol sasis, traksi, dan wheelie tiap tim berbagi mode fungsi yang sama, yaitu mendapatkan input data, mengolahnya, dan menghasilkan pengurangan torsi," kata Corrado Cecchinelli dikutip BolaSport.com dari Crash.
"Jadi, saat akselerasi di trek lurus, kontrol traksi dan kontrol wheelie beroperasi secara paralel. Namun jika salah satu dari keduanya menemukan alasan untuk mengurangi torsi, maka ECU akan mengurangi torsi," tutur Cecchinelli.
Baca Juga : Franco Morbidelli Persilahkan Lewis Hamilton Jajal Yamaha M1 Miliknya
Torsi berlebih tidak akan keluar jika memang tidak diizinkan oleh perangkat elektroniknya, begitu sebaliknya jika torsi memang harus dikeluarkan lebih banyak.
Itulah alasan mengapa motor MotoGP zaman now tidak mudah mengalami wheelie saat berakselerasi, kesalahan, dan keterbatasan pembalap teratasi.
Padahal zaman dulu motor mudah wheelie ketika torsi terlalu besar saat akselerasi.
"Jadi jika pembalap Yamaha merasa bahwa motor mereka bisa lebih cepat dari itu, mereka akan terus meminta teknisi untuk mengatur strategi dengan tepat, untuk melepaskan potensi penuh dari motor," tutur Cecchinelli.
Mantan petinggi Ducati Corse itu menambahkan untuk menemukan kalibrasi ECU yang tepat, para pabrikan harus melakukan perhitungan dan uji coba dahulu.
Baca Juga : Kabar Buruk Kembali Menimpa Jorge Lorenzo, Museum Miliknya Ditutup
Jadi perhitungan hanya bisa didapatkan di atas trek.
Karena semuanya tergantung dari motor dan kecocokan para pembalap dan juga tergantung dari kondisi trek maupun komponen lainnya saat balap.
"Kau tidak bisa menghitung semuanya di markas, karena ketika di trek balap sebenarnya menemui beberapa debu di lintasan, suhu tertentu, jenis ban tertentu, dan faktor lainnya," tambahnya.
Yamaha M1 2018 sering kehilangan traksi ban belakang saat menikung di suhu trek yang tinggi.
Solusi yang mungkin bisa menjadi satu-satunya pilihan bagi Yamaha adalah mendatangkan insinyur elektronika yang memiliki pengalaman terhadap ECU keluaran Magneti Marelli.
Hal itu yang sudah dilakukan oleh Honda dengan merekrut Filippo Tosi yang pernah bekerja di Magneti Marelli dan Ducati.
Editor | : | Doddy Wiratama |
Sumber | : | GridOto.com, Crash.net |
Komentar