Menurut Dadang, Crismonita tidak kesulitan menghadapi proses adaptasi ini.
"Hal yang sulit adalah mengubah pola pikir. Sebagai pesepeda elite dia harus menjaga pola makan. Kebanyakan atlet-atlet Indonesia belum terlalu memperhatikan hal ini," kata Dadang.
Baca Juga: Callum Skinner Memutuskan untuk Pensiun dari Dunia Balap Sepeda
Dadang menjelaskan bahwa Crismonita dan kawan-kawan disiapkan untuk berburu poin ke Olimpiade Tokyo 2020. Mereka berpeluang mengambil poin di nomor keirin, sprint, dan team sprint.
Berdasarkan aturan Uni Sepeda Internasional (UCI), Olimpiade Tokyo 2020 untuk disiplin trek akan memainkan enam nomor putra dan putri, terdiri dari keirin, omnium, sprint, team sprint, team pursuit, dan madison.
Untuk nomor team sprint, delapan negara dengan peringkat terbaik dunia berhak mengirimkan dua atlet ke Tokyo. Kedua atlet ini berhak bermain di nomor sprint dan keirin.
Tantangan untuk menyiapkan tim "Merah Putih" menuju Olimpiade 2020, menurut Dadang, adalah memastikan atlet bisa mengikuti kompetisi berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang.
Anggaran yang sempat terhambat membuat tim balap sepeda Indonesia tidak berkompetisi tiga bulan terakhir. Hal itu memengaruhi kemampuan atlet dalam perlombaan.
Padahal, skill untuk menentukan strategi dan taktik di lintasan, sangat memengaruhi hasil perlombaan.
"Pesepeda China, Zhong Tianshi, yang memenangi dua seri kejuaraan pada Kamis dan Jumat lalu, harus menempati peringkat ketiga di seri ketiga ini karena strategi saat berlombanya kurang tepat. Strategi itu bisa diasah kalau atlet rajin ikut kompetisi," kata Dadang.
Tim balap sepeda Indonesia disiapkan untuk mengikuti kejuaraan selanjutnya di Yangyang Track National Championship, Korea Selatan, pada 16-22 Juni dan Japan Track Cup 1 dan 2 pada 6-7 Juli.
Poin dalam kejuaraan akan diakumulasi untuk menentukan atlet yang lolos ke Olimpiade. (Nugyasa Laksamana)
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Kompas.com, kompas.id |
Komentar