Baca Juga: Liga Polandia - Ada Egy Maulana, Lechia Gdansk Raih Kemenangan Pertama
Menurut Izham, ini menjadi preseden buruk bagi generasi muda yang ingin berkarier di sepak bola negerinya.
”Kami mengirimkan pesan moral yang sangat negatif kepada anak-anak yang bermimpi memasuki industri ini,” tutur Izham.
”PFAM sangat kecewa dengan permainan rilis dan permainan menunjuk jari, sehingga melukai pemain yang sepenuhnya bergantung pada kata industri.”
Dalam hal ini, Izham menekankan bahwa debitor harus bertanggung jawab.
Mereka juga tidak boleh mencari alasan untuk menunda atau menghindari melakukan pembayaran atas utang ini.
”Bayangkan kesulitan itu. Kesulitan pun dihadapi para pemain dalam melanjutkan kehidupan mereka. Lihatlah mereka sebagai manusia, bukan sebagai budak,” ucap Izham tegas.
”Jika tim-tim ini gagal untuk melunasi hutang mereka, sepak bola Malaysia tidak hanya kehilangan nilai profesionalnya, tetapi juga kehilangan semangat kemanusiaan,” katanya.
Baca Juga: Debut Saddil Ramdani pada Piala Malaysia Berjalan Istimewa dan Positif
Dia mengatakan bahwa tunggakan 6,4 juta ringgit Malaysia itu belum mencerminkan jumlah sebenarnya dari utang dalam industri sepak bola negara itu.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Bharian.com.my |
Komentar