Artinya, menjadi lebih mudah untuk mengatur dimensi/ukuran dari komponen berbahan serat karbon tanpa mengorbankan kekuatan dan tingkat kekakuan yang diinginkan.
Baca Juga: F1 Tes Mobil untuk 2021, Janjikan Balapan yang Tak Lagi Bikin Ngantuk
Kelebihan ini tidak didapat saat memakai bahan alumunium. Jika terlalu tipis, swingarm alumunium akan lebih mudah patah atau rusak ketimbang swingarm serat karbon.
Karena lebih awet, swingarm serat karbon menawarkan biaya yang lebih murah daripada swingarm alumunium untuk perencanaan jangka panjang.
Namun biaya murah ini tidak berlaku jika dihitung berdasarkan hitungan per komponennya. Satu buah swingarm serat karbon lebih mahal daripada swingarm alumunium.
Padahal, untuk memperbaiki carbon swingarm diperlukan proses yang lebih rumit, termasuk pemindaian sinar X yang tidak bisa dilakukan di trek.
Baca Juga: Demi Kemenangan, Rins Biarkan Marquez Pimpin Balapan MotoGP Inggris
Pembalap LCR Honda, Cal Crutchlow, pernah mengeluhkan masalah itu. Status sebagai pembalap tim satelit membuatnya mendapat stok carbon swingarm yang terbatas.
"Marc Marquez dan Repsol Honda mendapat prioritas utama. Dan karena swingarm ini berharga 250 ribu euro (Rp3,9 miliar), kami tidak bisa selalu menggunakannya," ucap Crutchlow.
Finally also Cal @calcrutchlow has his carbon fibre swingarm. pic.twitter.com/dCz1qFcse3
— Peter Bom (@PeterBom4) March 7, 2019
Terlepas dari biaya per satuan yang mahal dan perawatan yang susah, perpaduan antara bahan yang ringan dan fleksibilitas akan memberikan banyak keuntungan.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | berbagai sumber |
Komentar