BOLASPORT.COM - Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, menyebutkan bahwa beberapa peraturan PSSI menghambat munculnya tokoh baru yang berintegritas.
Harapan masyarakat Indonesia akan terjadinya proses reformasi dan regenerasi di dunia sepak bola Indonesia selama 20 tahun terakhir sulit terwujud.
Pasalnya, sejumlah cara dan langkah yang telah dilakukan selalui menemui jalan buntu.
PSSI selaku federasi tertinggi sepak bola Indonesia tampak dibentuk sebagai sebuah kerajaan.
Baca Juga: Ini Alasan Winger Persebaya Dicoret dari Timnas U-23 Indonesia
Terdapat takhta di PSSI yang hanya diberikan pada pihak yang mau berkongsi dengan syarat tidak mengusik dinasti yang sedang dibangun.
Akibatnya, regenerasi untuk menyambut era baru PSSI sangat sulit terealisasi.
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, menyatakan bahwa pada titik ini PSSI harus segera melakukan regenerasi.
Menurut Akmal masyarakat menginginkan munculnya tokoh-tokoh baru.
"Masyarakat menginginkan adanya tokoh-tokoh baru di federasi karena generasi lawas sudah dianggap gagal," ujar Akmal.
"Bila timnas saja harus regenerasi untuk mengatasi mandeknya prestasi, PSSI sebagai induknya sejatinya harus memberikan contoh."
Akmal mengungkapkan ada sejumlah peraturan pada Statuta PSSI yang bermasalah dan menyulitkan kemunculan wajah baru di dunia sepak bola Indonesia.
Salah satu yang bermasalah adalah pasal 38 ayat 4 yang mensyaratkan untuk menjadi anggota Komite Eksekutif harus sudah aktif di sepak bola nasional dalam koridor PSSI minimal selama lima tahun.
"Tafsirnya bisa bermacam-macam yang pada gilirannya tokoh baru yang punya idealisme akan sulit untuk memimpin PSSI," tutur Akmal menjelaskan.
Baca Juga: Sikap Fakhri Husaini Enam Pemainnya Gabung Garuda Select Jilid 2
"Apa maksud koridor PSSI? Apakah harus berada di dalam PSSI baru bisa mencalonkan diri?"
"Bagaimana buat mereka yang punya visi bagus, idealis dan berintegritas, aktif membina sepakbola bahkan mengembangkan sepakbola di luar lingkaran PSSI," katanya menambahkan.
Pada Kongres Pemilihan PSSI 2016, SOS sempat menguji coba kekuatan Statuta PSSI dengan mengajukan sejumlah calon muda.
Akan tetapi saat itu generasi lawas belum mau melepas jabatannya.
Baca Juga: Persija Pilihan Masa Depan Alfriyanto Nico, Anggota Garuda Select II
Akibatnya AK-37 (Aksi Kelompok Muda U-37) yang menjadi kompetitor K-78 waktu itu layu sebelum berkembang.
Beberapa calon muda seperti Arif Putra Wicaksono, Apung Widadi, Richard Ahmad, dan Rhendi Ariandra gagal lolos di Komite Pemilihan karena alasan tidak memenuhi syarat aktif lima tahun di PSSI.
Akmal menilai kejadian tahun 2016 berpotensi kembali terulang pada Kongres Pemilihan tahun ini.
Baca Juga: Persebaya Umumkan Otavio Dutra Belum Gabung dengan Timnas Indonesia
"Banyak calon-calon yang mendaftar saat ini terbentur syarat di statuta bila diberlakukan utuh," ucap Akmal.
"PSSI akan tetap dikelola pengurus lama. Kalaupun tampak baru hanya ganti casing. Mesinnya tetap.
"Inilah yang membuat mandeknya prestasi PSSI selama ini. Voter punya peran penting menentukan masa depan sepakbola Indonesia," kata Akmal tegas.
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | tribunnews.com |
Komentar