Grafik penampilannya pun terus menurun tajam. Padahal, pertandingan Olimpiade akan berlangsung dalam dua bulan ke depan. Alan mengaku cukup stres dengan kondisinya saat itu.
"Performa saya berada di titik paling bawah saat itu. Jadi, itu yang membuat saya cukup syok, kok begini ya. Padahal Olimpiade sudah dekat. Pada Piala Thomas, Indonesia kalah dari Malaysia. Saya yang saat itu diharapkan menyumbang poin, malah kalah."
"Saya sampai hari ini juga masih bingung, kenapa penampilan saya saat itu bisa sejelek itu. Ada yang cerita mungkin itu ada hal-hal non teknis, tetapi saya pikir kalah ya kalah. Kepercayaan diri saya menurun terus, padahal Olimpiade tinggal dua bulan," ujar Alan.
Di tengah krisis kepercayaan diri yang dialaminya, Alan mendapat dukungan dari Susy dan juga pelatihnya. Hal tersebut membuat Alan secara perlahan mampi bangkit dan berusaha memperbaiki penampilannya.
"Peran Susy, nomor satu adalah kepercayaan diri. Susy meyakinkan saya, kalau saya bisa mengembalikan performa dalam dua bulan. Dia bilang kalau kekalahan bukanlah akhir dari segalanya.
Baca Juga: Kisah Susy Susanti Rebut Emas Olimpiade 1992 dari Tidak Bisa Tidur hingga Makan Ikan Asin
"Dengan kalah pada pertandingan sebelumnya, apa di Olimpiade pasti kalah? Kan belum tentu, karena pertandingan kan belum dimulai. Yang pasti adalah bagaimana bisa menganalisa kekalahan dengan baik, dan bagaimana berlatih untuk lebih baik dari sebelumnya. Jadi peran Susy sangat besar buat saya," aku Alan.
Saat sedang terpuruk, Alan sempat merasakan pusing selama sepekan.
"Saya sudah latihan seperti biasanya, semua instruksi pelatih sudah saya jalankan, tapi kok saya mainnya seperti itu, saya juga bingung. Akhirnya Susy bilang, ya sudah kamu latihan saja, sambil pelan-pelan kita koreksi secara bertahap," ucap Alan.
Selain itu, untuk mengembalikan performanya, Alan memutuskan untuk melakukan latihan tambahan di luar jadwal.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar