BOLASPORT.COM - Sulit menyangkal bahwa di masa jayanya bersama Arsenal, Thierry Henry merupakan prototipe alias contoh baku penyerang sempurna di Liga Inggris.
Titi, demikian sebutan akrab Thierry Henry, direkrut Arsene Wenger untuk Arsenal pada Agustus 1999.
Sebelum Henry tiba, Arsenal mengantongi titel Liga Inggris dan Piala FA 1997-1998 serta Community Shield 1998 dan 1999.
Datangnya sang pemuda dari Prancis membuka keran gelar dan kemasyhuran lebih kencang bagi Si London Merah.
Akan tetapi, romansa Titi dengan Wenger sudah terjalin tujuh tahun sebelumnya.
Baca Juga: Kisah Romario di Barcelona: Ngebut Musim Pertama, Ambyar gegara Piala Dunia
Baca Juga: Kisah Diego Maradona di Barcelona: Termahal Dunia, Hepatitis, sampai Penghormatan Real Madrid
Semua berkat pengamatan Arnold Catalano, pencari bakat dari AS Monaco yang bertugas mencermati seorang bocah berusia 13 tahun dari klub Viry-Chatillon – tak lain adalah Henry.
Setelah menyaksikan bocah kurus itu mencetak 6 gol dalam satu laga, Catalano memboyong Henry tanpa proses tes lebih dulu, disekolahkan ke akademi Clairefontaine, dan bergabung di skuad junior Monaco.
Klub di pesisir selatan Eropa itu masih dinaungi oleh Wenger.
Angin takdir membawa keduanya berpisah jalan pada 1994 dan bereuni lagi lima tahun kemudian.
Setelah bergabung dengan The Gunners, sisanya selama delapan tahun pengabdian Henry adalah sejarah.
Pria berdarah campuran Guadeloupe dan Martinik itu mencatatkan diri sebagai raja gol sepanjang masa Arsenal dengan 228 gol.
Ia membantu The Gunners meraih 7 trofi tambahan, dan menggoreskan standar tinggi sebagai seorang anutan di bilangan Highbury dan Emirates.
Baca Juga: Kisah David Beckham, Ikon Rupawan Man United yang Batal Jadi Legenda Terbesar
Baca Juga: Kisah Aubameyang, Dijual AC Milan Receh, Kini Jadi Manusia 1,2 Triliun
Status anak asuh terbaik yang diemban Henry jelas dipengaruhi hasil korek-korek bakat ala Wenger dalam diri sang maskot.
Upaya buat menggali bakat Henry terbayar lunas.
Saat pertama tiba di Arsenal, sobat karib pebasket Tony Parker itu berstatus flop di Juventus.
Rapornya cuma 3 gol dalam 19 gim untuk Si Nyonya Tua.
Pada titik itu, kariernya sebagai salah satu berlian mengilap Prancis kelihatan bakal tenggelam kalau tidak diselamatkan oleh Wenger.
Manajer poliglot tersebut memberikan perubahan untuk Henry, yang tadinya winger di Juventus, menjadi dominan sebagai striker walau perannya juga kerap melebar.
Perubahan tidak selalu langsung berjalan mulus, begitu pun yang dialami Henry.
Ia sempat kikuk. Butuh 9 partai bagi dirinya membuka keran gol bagi The Gunners.
Setelah menuntaskan kemampatan, gelontoran gol mengalir bak hujan.
Titi menjelma menjadi striker kuat, cepat, tajam, dan bisa mencetak gol lewat berbagai cara.
Baca Juga: DUEL KLASIK, 16 April 2004 - Quattrick Thierry Henry buat The Invincibles Arsenal
Baca Juga: Bukan Inter Milan, Ini Klub Paling Sadis Ganti Pelatih di Serie A: 25 Orang dalam 25 Tahun!
“Thierry mampu mengambil bola di tengah dan mencetak gol yang tak bisa dilakukan oleh orang lain di dunia ini. Aksinya membuat bek-bek lawan malu. Dia bisa mencetak gol sesuai keinginannya," ujar Wenger memujinya.
Apa saja bisa dia lakukan: menjebol gawang dengan tembakan keras jarak jauh, sepakan lob cantik, gerakan slalom, sontekan tumit, atau diving-header.
Jangan lupakan perannya sebagai eksekutor bola mati kelas wahid, pemimpin tim karismatik, serta penyuplai assist. Komplet!
“Dia adalah tipe pemain yang memiliki semua hal yang Anda impikan sebagai pelatih," ujar Wenger menggambarkan Titi sebagai prototipe penyerang sempurna.
"Ia punya kekuatan fisik, level teknik top, kecerdasan super, dan dedikasi terhadap pekerjaannya. Sungguh model profesional yang memenangi segala hal yang Anda bisa di dunia ini,” ucap Wenger.
Selama 8 musim membela The Gunners pada periode pertama, King Henry selalu mampu mencetak dua digit gol di liga.
Ia kembali pada 2012 dengan tambahan 2 gol untuk menggoreskan jejak terakhir di singgasana sebagai legenda Arsenal.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar